Telegraf, Jakarta – PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) menyatakan biaya proyek pembangunan Kereta Api (KA) Cepat Jakarta-Bandung bertambah menjadi US$ 6,071 miliar atau setara Rp 81,95 triliun (kurs US$ 1 = Rp 13.500). Penambahan tersebut dikarenakan ada biaya asuransi dan komponen debt service reserve account (DSRA).
Pelaksana tugas Direktur Utama PT KCIC Dwi Windarto mengakui, besaran kebutuhan biaya pembangunan KA cepat semula US$ 5,988 miliar atau sekitar Rp 80,83 triliun. Namun, KCIC masih harus menanggung biaya asuransi dan DSRA sekitar US$ 80 juta.
“(Biaya) US$ 5,988 miliar jadi US$ 6,071 miliar sudah lama (ditetapkan). (Ada) asuransi dan DSRA, debt service reserve account. Jadi reserve account yang harus ditanggung KCIC karena pinjaman,” kata Dwi di Jakarta, Selasa (20/02/2018).
Dwi menambahkan, sumber pendanaan proyek berasal dari pinjaman China Development Bank (CDB) sebesar 75% dan sisanya 25% berasal dari PT KCIC. Sebagaimana diketahui, KCIC merupakan perusahaan patungan antara konsorsium BUMN Indonesia dengan nama PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang memegang 60% saham dan konsorsium perusahaan Tiongkok yang menguasai 40% saham.
Di tempat yang sama, komisaris PT PSBI Sahala Lumban Gaol menargetkan, KA Cepat Jakarta-Bandung tuntas pada 2020. Saat ini, pihaknya tengah menuntaskan seluruh persyaratan yang diminta CDB untuk mendapatkan pinjaman.
“Mayoritas persyaratan sudah kami penuhi. Tapi bank itu kan selalu teliti tapi tidak ada yang mengada-ada, jadi permintaan mereka wajar-wajar saja,” sebut Sahala.
Lebih lanjut, Sahala menyebutkan, proses pembebasan lahan KA Cepat Jakarta-Bandung akan tuntas pada April 2018. Sekarang ini ada lahan sepanjang 55 km yang telah diserahkan kepada kontraktor untuk dikerjakan. Adapun total panjang trase KA Cepat Jakarta-Bandung 142 km yang membentang dari kawasan Halim Perdanakusumah ke Tegalluar di Kabupaten Bandung. (Red)