Telegraf – Pemerintah mempercepat penyediaan konektivitas rumah tangga dan akses konten pendidikan digital sebagai langkah kunci memperkuat kemampuan digital dasar anak Indonesia secara merata di seluruh wilayah. Upaya ini menjadi fondasi strategis dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia sejak usia dini.
Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid, menegaskan bahwa penyediaan internet stabil dan konten pembelajaran digital merupakan bagian penting dari penguatan sumbar daya manusia (SDM) nasional. Agenda ini selaras dengan arahan Presiden Prabowo Subianto yang menempatkan digitalisasi pendidikan sebagai dasar peningkatan kompetensi generasi muda.
“Dengan semangat arahan Bapak Presiden, Kemkomdigi menjadikan konektivitas dan konten digital pendidikan sebagai bagian dari upaya nasional meningkatkan SDM sejak usia anak,” katanya dilansir pada Selasa (25/11/2025).
Meutya menekankan pentingnya ketersediaan internet yang aman, stabil, dan merata agar transformasi pembelajaran digital dapat berjalan efektif. Hal ini sejalan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2025 tentang Tata Kelola Penyelenggaraan Sistem Elektronik dalam Pelindungan Anak atau PP TUNAS, yang mengamanatkan penyediaan ruang digital ramah anak.
“Saya juga memberikan apresiasi terhadap program CSR Roketin Generasi Tunas Digital yang kita lakukan bersama hari ini upaya mendukung literasi digital pelajar, mendorong implementasi PP TUNAS di tingkat keluarga dan sekolah,” tuturnya.
Ia jugamenyebut percepatan jaringan tetap berbasis fiber to the home (FTTH) dan fixed wireless access (FWA) sebagai fondasi utama pembelajaran digital nasional.
“Jadi FTTH dan FWA tahun depan kita targetkan 30 persen rumah memiliki koneksi tetap. Ini menjadi penting karena memang untuk pendidikan dan UMKM kita memerlukan koneksi yang lebih secure dan lebih stabil,” jelasnya.
Lebih lanjut Meutya mengatakan, pemerintah juga mengarahkan perluasan akses internet ke kelompok masyarakat menengah ke bawah yang mencapai 34,5 juta rumah tangga serta 2,8 juta rumah tangga berpendapatan rendah dengan pengeluaran telekomunikasi terbatas antara 17 ribu hingga 180 ribu per bulan. Kelompok ini memiliki kebutuhan internet tinggi namun terkendala kemampuan bayar.
“Artinya, ini bisa masuk kalau MyRepublic misalnya menawarkan internet murah untuk masyarakat. Karena harga internet saat ini mahal, rumah-rumah ini tidak terhubung, tapi skalanya besar. Jadi kalau kita murahkan, dapat skala yang besar, mudah-mudahan tidak hanya baik untuk masyarakat, tapi buat industri juga ini masuk akal,” tandasnya.