Telegraf, Tangsel – Merawat dan memelihara jalan serta jembatan saat ini adalah tugas yang perlu dilakukan, terkadang sulit saat mengetahui jika jalan itu bukan tupoksi kami akhirnya menunggu anggaran pusat tapi kami tidak stag tetap kordinasi agar kendala itu bisa ditanggulangi”. Ujar Ali Akbar ST, M.Si Kasie pemeliharaan jembatan dan jalan dinas marga dan sumber daya air pada saat ditemui Telegraf.
Pria asli kelahiran Cirendeu juga putra mantan lurah yang sudah 10 tahun mengabdi bekerja di pemerintahan Kota Tangerang Selatan mengakui persoalan infrastruktur sebenarnya kunci keberhasilan sebuah pemerintahan, “Jalan layang yang secara historis dibangun oleh Pemkot hanya baru di wilayah Ciputat, Program penanggulangan kemacetan seperti di pertigaan Gaplek Pamulang sudah mulai progres agar dibangun jembatan layang dan diharapkan semoga terealisasi proyek tersebut”. Ujarnya
Beberapa akses jalan antar kecamatan, seperti perbaikan jalan dan jemabatan sudah dalam tahap penyelesaian, walau masih ada yang belum selesai pengerjaannya seperti jembatan di wilayah jelupang kecamatan Serpong Utara namun masyarakat masih bisa memilih jalur alternatif.
Jalan dan jembatan yang layak dan baik tentunya adalah asset Pemkot untuk masyarakat agar mendapatkan penghidupan dan menunjang berputarnya roda perekonomian antar wilayah. ”Kalau jalan dan jembatan rusak siapa yang ingin berpergian, tentunya pun semua menjadi hambatan termasuk perekonomian pun akan sedikit terganggu. Tandas Ali Akbar
Mengulas peristiwa jebolnya tanggul Situ Gintung di tahun 2009 lalu adalah lemahnya pengawasan dan pemeliharaan yang memang diluar perkiraan manusia, Situ yang awalnya memiliki luas 31 ha lalu saat jebolnya danau Situ Gintung seluas 21 ha merupakan waduk yang berfungsi sebagai tempat penampungan air hujan dan untuk perairan
ladang pertanian warga sekitar hingga mampu menampung air dengan kapasitas 2,1 juta meter per kubik dan terjadinya musibah dengan beragam versi namun bisa saja secara logika akibat minimnya pemeliharaan kala itu hingga tanpa di sangka-sangka menimbulkan bencana yang sangat dahsyat.
“Saya itu dulu pengurus masjid yang satu-satunya selamat dalam peristiwa alam jebolnya tanggul Situ Gintung, sebenarnya 2 tahun sebelumnya masyarakat sudah khawatir tetapi kekhawatiran itu belum mendapatkan respon pemerintahan, jika abrasi terjadi saat jebol pertama di bulan November 2008,” Tutur Ali mengenang detik detik
jebolnya tanggul.
Pengalaman mengerikan yang menurutnya sangat memberikan pelajaran berharga sehingga tugas dan pekerjaannya menjaga lebih optimal pengawasan dan pemeliharaan jembatan, jalan, dan infrastruktur lainnya jika dipandang perlu untuk menerapkan early warning system (sistem peringatan dini) untuk hal yang dianggap membahayakan masyarakat.
“Pekerjaan yang saat ini saya emban adalah amanah yang tetap mendapatkan pengawasan dan pertanggungjawabannya, jika lalai pasti celaka jika hati-hati selalu baik maka hasil pun selalu baik” Kata Ali seraya mengingatkan bahwa hidup harus bermakna dan senantiasa berfikir positif.
“Jalan, jembatan, turap sungai dan infrastruktur lainnya adalah tugas saya untuk memelihara agar tetap terawat dan nyaman di gunakan masyarakat, Insyaallah seluruh infrastruktur di kota ini akan terwujud dengan baik sesuai harapan dan keinginan masyarakat terhadap pemerintahan tangsel”. Pungkas Ali. (Red)