Telegraf – Presiden China Xi Jinping tidak akan menghadiri KTT G-20 pekan depan. Hal ini akan menjadi pukulan bagi tuan rumah Afrika Selatan (Afsel) yang sudah menghadapi boikot dari Presiden AS Donald Trump.
Kementerian Luar Negeri China mengumumkan Perdana Menteri Li Qiang akan mewakili negara Asia tersebut pada KTT para pemimpin, yang dimulai di Johannesburg pada 22 November. Pernyataan pada Kamis tersebut tidak menjelaskan mengapa Xi, yang mengikuti KTT itu pada tahun lalu, akan absen kali ini.
Keputusan Xi berarti KTT, yang dibentuk untuk membahas isu-isu geopolitik dan ekonomi dan biasanya dihadiri para kepala negara, akan digelar tanpa pemimpin dari dua ekonomi terbesar dunia dan anggota lain, Rusia.
Pekan lalu, Trump menyatakan tidak ada pejabat AS yang akan hadir, menyusul serangannya pada Afrika Selatan setelah membuat klaim palsu bahwa ada genosida terhadap warga Afrika kulit putih. Perjalanan Presiden Rusia Vladimir Putin masih dibatasi oleh surat perintah penangkapan dari Mahkamah Kriminal Internasional.
Pemimpin China mengurangi perjalanan internasionalnya secara signifikan sejak pandemi, kecuali untuk KTT besar yang diselingi pertemuan-pertemuan penting, seperti yang dia lakukan dengan Trump di Korea Selatan bulan lalu sebelum KTT APEC.
Sebaliknya, dia menjalankan yang Beijing sebut sebagai “diplomasi kandang.” Dia menjamu Putin, PM India Narendra Modi, dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un awal tahun ini, seiring pemimpin China itu berusaha mempererat hubungan dengan negara-negara regional di tengah semakin sengitnya persaingan dengan AS.
Xi mengunjungi Afrika Selatan pada tahun 2023 untuk menghadiri KTT BRICS, dan menjamu pemimpin-pemimpin Afrika di Beijing tahun lalu.
Pemimpin G-20 lainnya, termasuk Javier Milei dari Argentina dan Claudia Sheinbaum dari Meksiko, juga tidak akan menyambangi Afrika Selatan. Namun, beberapa pemimpin Eropa, Presiden Brasil Luiz Inacio Lula da Silva, dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dijadwalkan hadir.
Scott Kennedy, penasihat senior Center for Strategic and International Studies di Washington, menilai ketidakhadiran Xi tidak menunjukkan penurunan pentingnya agenda tersebut bagi Beijing.
“Saya tidak melihat adanya penurunan dalam pandangan mereka bahwa lembaga-lembaga tata kelola global tersebut merupakan sarana penting bagi China untuk menyampaikan pesannya,” ujarnya.
Dalam konferensi pers rutin pada Kamis, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian menegaskan pertemuan di Johannesburg “memiliki makna sejarah yang signifikan” karena ini merupakan KTT G-20 pertama di benua Afrika dan menyatakan dukungannya pada Afrika Selatan sebagai tuan rumah.
Li, pejabat nomor 2 China, mewakili Xi di berbagai acara internasional besar lainnya dalam beberapa tahun terakhir. Dia menggantikan Xi di KTT G-20 India pada 2023 dan pertemuan pemimpin BRICS di Brasil pada Juli.
Pada Rabu, Presiden Afrika Selatan Cyril Ramaphosa mengabaikan dampak ketidakhadiran Trump.
“Pengalaman saya di dunia politik menunjukkan bahwa boikot tidak pernah benar-benar berhasil, boikot justru memiliki efek yang sangat bertentangan,” katanya kepada stasiun televisi lokal eNCA.
“KTT G-20 akan tetap berlangsung, semua kepala negara lain akan hadir di sini, dan, pada akhirnya, kami akan mengambil keputusan fundamental. Ketidakhadiran mereka merupakan kerugian mereka.” ujarnya.
Pejabat Afrika Selatan secara pribadi memandang ketidakhadiran AS dapat memudahkan untuk mencapai kesepakatan deklarasi, yang akan mereka umumkan sebagai indikator kesuksesan presidensi G-20 negara tersebut sebelum menyerahkan tongkat estafet kepada Washington pada Desember.