Sign In
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
Telegraf

Kawat Berita Indonesia

  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
  • Entertainment
  • Lifestyle
  • Technology
  • Didaktika
  • Olahraga
  • Lainnya
    • Otomotif
    • Regional
    • Musik
    • Religi
    • Properti
    • Opini
    • Telemale
    • Telecoffee
    • Philantrophy
    • Corporate
    • Humaniora
    • Cakrawala
    • Telefokus
Membaca Waktu ’Ngegas’ Ekspor
Bagikan
Font ResizerAa
TelegrafTelegraf
Cari
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
  • Entertainment
  • Lifestyle
  • Technology
  • Didaktika
  • Olahraga
  • Lainnya
    • Otomotif
    • Regional
    • Musik
    • Religi
    • Properti
    • Opini
    • Telemale
    • Telecoffee
    • Philantrophy
    • Corporate
    • Humaniora
    • Cakrawala
    • Telefokus
Punya Akun? Sign In
Ikuti Kami
Copyright © 2025 Telegraf. KBI Media. All Rights Reserved.
Opini

Waktu ’Ngegas’ Ekspor

Fajri Setiawan Jumat, 4 September 2020 | 13:24 WIB Waktu Baca 4 Menit
Bagikan
Photo Credit: Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Indonesia (Persero) IV Petikemas Kendari, Sultra. ANTARA/Ekho Ardiyanto
Photo Credit: Aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Indonesia (Persero) IV Petikemas Kendari, Sultra. ANTARA/Ekho Ardiyanto
Bagikan

Dalam Pidato Kenegaraan, Presiden Joko Widodo menyatakan pandemi Covid19 harus menjadi peluang semua komponen bangsa untuk ‘mengegas’ dan ‘mengerem’ dengan strategi yang jitu, layak dikembangpraksiskan pada bidang ekspor nasional. Selama ini ekspor Indonesia terkonsentrasi pada sejumlah negara yang disebut pasar tradisional, yang sudah mulai jenuh.

Dalam suasana pandemi, tidak ada jalan lain pemerintah dalam hal ini Kementerian Perdagangan harus fokus. Tak hanya intensifikasi produk, tapi juga diversifikasi produk ekspor ke luar negara tujuan utama atau nontradisional. Dengan menjajal pasar baru ekspor, peluang mendongkrak kinerja ekspor masih terbuka lebar.

Menurut data Kemendag upaya diversifikasi tujuan ekspor mulai berjalan. Hasilnya tak mengecewakan. Misalnya ekspor tujuan Mongolia mencatat pertumbuhan signifikan hingga mencapai 450,29%, ke Zimbabwe 353,73%, Afrika Tengah sekitar 315,9%, dan Bulgaria 222,27% sejak digarap dalam dua tahun terakhir ini. Jadi terbukti bahwa sejumlah negara yang selama ini tidak dilirik memberi kontribusi pertumbuhan ekspor yang signifikan.

Tidak Cukup

Namun harus disadari bahwa menggenjot pasar ekspor sebagai bagian upaya dari pemulihan ekonomi nasional (PEN) tidak cukup hanya dengan program diversifikasi tujuan ekspor. Berbagai upaya lain harus menyertainya. Kali ini gayung bersambut, Lembaga Pembiayaan Ekspor Pemerintah (LPEI) dan PT Penjaminan Infrastruktur Indonesia (PII) ditugasi pemerintah untuk memberikan penjaminan kredit kepada usaha berskala korporasi padat karya.

Ruang gerak LPEI berdasarkan aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dapat melakukan penjaminan bagi bank dengan ketentuan antara lain pembobotan aset tertimbang menurut risiko (ATMR) sebesar 0%. Selain itu aset yang dijamin berkualitas lancar dan pengecualian perhitungan batas maksimum pemberian kredit (BMPK). Melalui skema tersebut bank dalam menyalurkan kredit ekspor punya keleluasaan untuk ekspansi dan meminimalkan risiko kredit sekaligus. Di sisi lain para eksportir, terutama yang memiliki karyawan banyak, aman untuk beroperasi karena tetap mendapat dukungan pembiayaan dari perbankan.

Lalu mengapa selama ini kinerja ekspor Indonesia selalu tertinggal jauh bila dibandingkan dengan sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara walau tanpa pendemi korona?

Jawabannya, sebagaimana dibeberkan peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Dzulfian Syafrian, karena Indonesia memiliki strategi perdagangan internasional yang kurang jelas sehingga fokus orientasinya tidak jelas. Dia mencontohkan, Jepang dan Jerman memilih strategi perdagangan dan pembangunan ekonomi yang berorientasi ekspor.

Selain regulasi kemudahan ekspor, didua negara maju itu, urusan ekspor tak hanya mengandalkan para pengusaha, eksportir, tetapi menggerakkan seluruh sumber daya secara terintegrasi. Jepang, misalnya, para diplomat dan atase di semua negara tak hanya diarahkan untuk urusan diplomasi pemerintahan. Tetapi semua pejabat di kementerian luar negeri harus mau dan mampu menjadi ‘telemarketer’ produk rakyat, produk para pengusaha nasional.

Empat Kendala

Kondisi perdagangan internasional semakin sulit di tengah pandemi. Menteri Perdagangan Agus Suparmanto mengakui dan menilai terdapat empat kendala besar. Pertama, perubahan perilaku konsumen, dimana pola perdagangan kini mengarah pada perdagangan digital. Kedua, meningkatnya praktik proteksionisme sejumlah negara di masa Covid-19. Ketiga, perjanjian dagang yang dalam proses bisa mengalami hambatan. Keempat, adanya potensi defisit dan resesi ekonomi akibat ketegangan ekonomi global yang disebabkan perang dagang AS dan China yang tak kunjung usai.

Namun, sesulit apa pun kondisi, selalu ada jalan sepanjang terus berupaya secara kolaboratif. Pandemi korona telah membuka momentum bagi pemerintah untuk lebih fokus membuka pasar baru ekspor dengan segala perangkat pendukungnya. Maka kinerja ekspor senantiasa harus berefek terhadap pemulihan ekonomi nasional yang kini di ambang resesi.

_______________________________

Oleh: Tasroh MPAMSc. Tim Pengembangan Ekonomi Investasi Daerah, Alumnus Ritsumeikan Asia Pacific University, Japan.

Bagikan Artikel
Twitter Email Copy Link Print

Artikel Terbaru

OJK Bangun Kantor Baru di Medan untuk Perkuat Ekosistem Keuangan Sumatera Utara
Waktu Baca 4 Menit
JETOUR T2 Siap Dibuka untuk Pre-Booking di GJAW 2025
Waktu Baca 6 Menit
Rumuskan Solusi Stunting dan Anemia, Ilmuwan Mesir dan Turki Berkumpul di UNU Yogyakarta
Waktu Baca 6 Menit
Ratusan kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Selasa (21/06). ANTARA/Rivan Awal Lingga
Di Tengah Globalisasi, Alumni GMNI Dorong Kemandirian Ekonomi Ibu Kota
Waktu Baca 4 Menit
Antasari Azhar Mantan Ketua KPK Era SBY Meninggal Dunia
Waktu Baca 1 Menit

Berikut Alasan Prabowo Membentuk Komisi Reformasi Polri

Waktu Baca 3 Menit

Siapakah Zohran Mamdani Muslim Pertama Yang Jadi Walikota New York?

Waktu Baca 8 Menit

Soal Gelar Pahlawan Bagi Soeharto, Gibran: Beliau Berkontribusi dan Berjasa Besar Untuk Pembangunan

Waktu Baca 2 Menit

Ledakan di SMA 72 Kelapa Gading Jakarta Melukai 54 Orang

Waktu Baca 3 Menit

Lainnya Dari Telegraf

Opini

Dilema Partai Politik Pasca Reformasi

Waktu Baca 6 Menit
Photo Credit : Presiden ke tujuh RI Joko Widodo (Jokowi). REUTERS/Edgar Su
Opini

Jokowi Sedang Menggali Kuburnya Sendiri?

Waktu Baca 6 Menit
Opini

Hukum Sebagai Panglima Bukan Kekuasaan

Waktu Baca 3 Menit
Opini

Pendidikan Kesetaraan Gender Dalam Keluarga: Upaya Pencegahan Ekstremisme

Waktu Baca 9 Menit
Telegraf
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Regional
  • Internasional
  • Cakrawala
  • Didaktika
  • Corporate
  • Religi
  • Properti
  • Lifestyle
  • Entertainment
  • Musik
  • Olahraga
  • Technology
  • Otomotif
  • Telemale
  • Telecoffee
  • Telerasi
  • Philantrophy
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber
MUSIKPLUS
  • Kirim
  • Akunku
  • Hobimu
  • Subscribe

Copyright © 2025 Telegraf. KBI Media. All Rights Reserved.

Selamat Datang!

Masuk ke akunmu

Lupa passwordmu?