Teleprofil
Doni Monardo, Covid-19 dan Rest Area Tol Batang

- Pengamat Sebut Reshuffle Kabinet Masih Akan Terjadi Lagi - June 16, 2022 8:53 pm
- Koalisi Indonesia Bersatu, Poros Baru Hadapi Pilpres 2024 - June 5, 2022 8:21 am
- Ucapkan Bela Sungkawa ke Ridwan Kamil, Jokowi: Semua Milik Allah - June 5, 2022 4:11 am
Teleprofil
Kompol Andri Kurniawan Bongkar Sindikat Narkoba Raih Pin Emas
Pernah mengisi jabatan sebagai Kasat Reskrim Polres Bintan pada 2014, Kasat Reskrim Polres Tanjungpinang pada 2015 dan Kasat Rekrim Polresta Barelang tahun 2017 hingga saat ini. Semua merupakan Polres yang ada di Polda Kepri.

Telegraf – Figurnya ramah dan cepat akrab kepada siapapun. Kompol (Komisaris Polisi) Andri Kurniawan adalah sosok polisi santun dan sangat melayani kepada setiap warga. Penugasannya sebagai Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Polresta Barelang, Kepulauan Riau (Kepri) menuntut perwira berpangkat melati satu di pundaknya ini harus presisi.
Itulah yang membuat Kompol Andri Kurniawan harus jeli dalam melihat kasus dan membaca situasi. Sosok ayah dari tiga anak ini sangat humbel sehingga ia mudah berbaur dan sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Kota Batam.
Andri di kalangan warga juga dikenal sebagai polisi pekerja keras serta jeli dalam menangani setiap perkara.
Sejak lulus Akpol pada 2006 lalu, Andri kemudian mengabdikan dirinya sebagai perwira polisi di sejumlah daerah wilayah Tanah Air. Usai lulus PTIK, Andri kemudian ditugaskan di Polda Kepri.
Bermodalkan ilmu yang ia dapat selama masa pendidikan, Andri lebih dominan bertugas di satuan reserse. Tak heran, selama berada di Polda Kepri, dia sudah tiga kali menjabat sebagai Kasat Reskrim Polresta Barelang.
Ia pernah mengisi jabatan sebagai Kasat Reskrim Polres Bintan pada 2014, Kasat Reskrim Polres Tanjungpinang pada 2015 dan Kasat Rekrim Polresta Barelang tahun 2017 hingga saat ini. Semua merupakan Polres yang ada di Polda Kepri.
Menurut Andri, jabatan yang dipercayakan saat ini kepada dirinya merupakan sebuah amanah yang harus dirinya jalani. Dengan bekerja secara sungguh-sunggung sejumlah kasus besar sering berhasil diungkapnya.
“Alhamdulilah, ini merupakan sebuah amanah yang diberikan kepada saya. Kita hanya bekerja dengan sebaik-baiknya,” sebut Andri low profile.
Menjadi Seorang Polisi menurut Andri merupakan pekerjaan mulia. Apa yang dilakukan hari ini pasti akan mendapat balasan dilain waktu.
Selama berkarir di Polresta Barelang banyak kasus besar di ungkap oleh Kompol Andri Kurniawan bersama rekan-rekannya.
Seperti kasus pembunuhan yang mayatnya ditemukan di Tiban. Para pelaku diburu tim hingga ke Medan dan Surabaya.
Begitu juga berupa kasus kejahatan menonjol di Batam seperti Curas, Curanmor dan Curat. Selama di Batam, ia sudah beberapa kali mengungkap kasus kejahatan kriminalitas. Dari aksi curat, curas hingga kasus pembunuhan.
Terbaru, ia mengungkap kasus pembunuhan seorang Qui Hong yang merupakan wanita paruh baya di Kota Batam.
Pengungkapan kasus ini dari hasil kejelian Andri selaku Kasat Reskrim Polresta Barelang melihat kasus tersebut.
Kecurigaan Andri awalnya setelah melihat hasil Visum yang terjadi di tubuh Qui Hong. Sejumlah luka memar membuat Andri curiga dan langsung menganalisanya.
“Awalnya ada memar dan patah tulang di leher. Dari sana kita curiga dan akhinya melakukan penyelidikan,” sebut Andri.
Padahal menurut Andri, keluarga korban mengira Qui Hong meninggal wajar saja.
Setelah mengumpulkan sejumlah saksi, Andri memerintahkan anggotanya untuk mendalami CCTV. Alhasil, kurang dari 24 jam, pelaku bisa dibekuk saat hendak melarikan diri.
Andri juga paling jeli melihat kasus kekerasan terhadap anak. Karena kesuksesannya, Satreskrim yang dia pimpin mendapatkan penghargaan dari KPPAI.
Tidak sampai di sana, ia juga mendapat penghargaan Pin Emas hingga dua kali dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Pin Emas tersebut diberikan atas keberhasilan Kompol Andri dan rekannya mengungkap dan menangkap jaringan narkoba internasional di laut.
Kendati bertugas di Satreskrim, ternyata dia juga membantu rekannya di satuan Narkoba.
“Kita bantu juga menangani kasus narkoba, dan Alhamdulilah diberikan Pin Emas oleh Pak Kapolri Tito Karnavian saat itu,” ungkap Kompol Andri Kurniawan.
“Doakan saja saya tetap amanah dan bisa memberikan pelayanan terbik untuk masyarakat,” pungkasnya. (**)
- Pengamat Sebut Reshuffle Kabinet Masih Akan Terjadi Lagi - June 16, 2022 8:53 pm
- Koalisi Indonesia Bersatu, Poros Baru Hadapi Pilpres 2024 - June 5, 2022 8:21 am
- Ucapkan Bela Sungkawa ke Ridwan Kamil, Jokowi: Semua Milik Allah - June 5, 2022 4:11 am
Teleprofil
Firmanzah Rektor Muda Paramadina

Telegraf – Dunia akademisi berduka. Rektor Universitas Paramadina Jakarta, Firmanzah meninggal dunia pada Sabtu (o6/o2/2021).
Eks staf khusus (Stafsus) Presiden bidang Ekonomi pada jaman pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu dikabarkan tutup usia akibat vertigo yang dideritanya.
Innalillahi wainna ilaihi rojiuun. Telah berpulang Prof Firmanzah. PhD akibat vertigo tadi subuh. Semoga husnul khotimah – tulis politisi Partai Demokrat Andi Arief di akun Twitter pribadinya, Sabtu (06/02/2021).
Akademisi kelahiran Surabaya, Jawa Timur (Jatim), 44 tahun silam itu, akan dimakamkan Sabtu (06/02/-2021), setelah salat Dzuhur. Alamat duka, Taman Parahyangan Golf Jalan Situ Indah Golf Nomor 12, Sentul Selatan, Bogor, Jawa Barat (Jabar).
Diketahui, seperti dihimpun dari Wikipedia, Firmanzah mulai terkenal pada saat usia 32 tahun. Dia berhasil menjadi dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) periode 2009-2013.
Sebagai akademisi, terpilihnya Fiz, sapaan akrabnya, sebagai dekan menerobos senioritas dalam tubuh UI. Fiz terpilih sebagai dekan pada 14 April 2008. Dia berhasil mengungguli Sidarta Utama dan Arindra A. Zainal.
Terpilihnya Firmanzah sekaligus menjadi sejarah baru sebagai dekan termuda yang pernah dimiliki UI. Menurut Fiz, impiannya membawa UI melalui fakultas yang dipimpinnya menjadi kampus modern dan terbuka adalah hal yang mendorongnya ikut mencalonkan diri menjadi dekan FEUI hingga akhirnya ia terpilih.
Sebelumnya, ia juga pernah menjadi Staf Khusus (Stafsus) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di bidang Ekonomi.
Dan pada 15 Januari 2015, dia akhirnya terpilih sebagai Rektor Universitas Paramadina Jakarta periode 2014-2018, menggantikan Anies Baswedan yang terpilih sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).
Riwayat Pendidikan
Saat lulus SMA, Firmanzah kuliah di Fakultas Ekonomi UI dan lulus dalam waktu 3,5 tahun.
Ia juga sempat terjun ke dunia asuransi sebagai analis pasar, sebelum memutuskan kembali ke bangku kuliah, setahun kemudian.
Firmanzah mengambil program S-2 di bidang yang sama dan menyelesaikannya dalam tempo waktu dua tahun.
Ia melanjutkan studi di Universitas Lille di Prancis, merupakan momen titik balik Fiz mengenal dunia yang lebih luas.
Firmanzah mendalami bidang strategi organisasi dan manajemen atas beasiswa dari universitas itu.
Ia juga menjalani studinya pada tingkat doktoral dalam bidang manajemen internasional dan strategis di Universitas Pau and Pays De l’Adour, dan selesai tahun 2005.
Karena lulus tercepat di angkatannya, Firmanzah lantas mendapatkan tawaran beasiswa program doktoral dalam bidang manajemen strategis internasional dari University of Pau et Pays de l” Adour dan meraih PhD pada 2005.
Firmanzah juga sempat mengajar setahun di almamaternya, sebelum dipanggil pulang oleh dekan FE UI yang saat itu dijabat oleh Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro.
Tiga tahun berikutnya, ketika Firmanzah berusia 32 tahun, ia terpilih sebagai Dekan ke-14 FE UI periode 2009-2013 yang tercatat sebagai dekan termuda dalam sejarah UI.
Photo Credit: Akdemisi Prof. Firmanzah, PhD, rektor muda Paramadina pengganti Anies Baswedan yang juga mantan stafsus SBY. FILE/Dok/Ist Photo
- Pengamat Sebut Reshuffle Kabinet Masih Akan Terjadi Lagi - June 16, 2022 8:53 pm
- Koalisi Indonesia Bersatu, Poros Baru Hadapi Pilpres 2024 - June 5, 2022 8:21 am
- Ucapkan Bela Sungkawa ke Ridwan Kamil, Jokowi: Semua Milik Allah - June 5, 2022 4:11 am
Teleprofil
Arman Yurisaldi Saleh, Dokter Spesialis Saraf Yang Nyeni

Teleperson – Di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung. Inilah pepatah lama yang kerap dilupakan oleh banyak generasi. Tradisi dianggap sebagai batu sandungan, dekadensi moral, dan penghambat kemajuan teknologi dan pengetahuan. Tragis. Namun berbeda dengan seorang dokter ahli saraf yang sangat berbeda memdang tradisi. Arman Yurisaldi Saleh, menjadi seorang dokter spesialis saraf, bukan berarti membuatnya harus berhenti mencintai dan menikmati tradisi dan budaya Indonesia. Masa kecilnya yang dihabiskan di Bali, pulau kaya tradisi, membuatnya tidak asing dan tidak anti dengan berbagai tradisi unik dan budaya yang ada. Meski begitu, pria kelahiran Malang ini juga tentu tak lupa soal pengabdiannya sebagai seorang dokter.
Hal ini dibuktikan oleh penerbitan dua bukunya yang paling anyar yaitu “Kombinasi 14 sayur dan buah Mentah untuk Mengatasi Depresi Ringan dan Sedang pada Lansia” dan “Sukses ujian SOCA (Student Oral Case Analysis) Neurobehaviour System.” Kedua bukunya itu sangat kental dengan dunia kedokteran dan dunia kesehatan. Dr. dr. Arman Yurisaldi Saleh, MS., Sp.S. juga mengabdi khususnya dalam pelayanan terkait saraf seperti Dementia Management, Pengobatan Migrain, Bell’s Palsy, Stroke, Parkinson, Epilepsi, dan Pain Intervension. Putra dari Wakil Ketua Mahkamah Agung (2013-2016) ini juga aktif mengajar di FK UPN Veteran Jakarta dan fokus pada Neurobehaviour khususnya aspek bela negara dalam mengadapi radikalisme dan terorisme, dengam penguatan kepribadian dan budaya bangsa serta bidang “pain intervention”.

Arman Yurisaldi Saleh. FILE/Telegraf
Menyoal pada kecintaannya terhadap tradisi dan budaya, dokter lulusan Universitas Indonesia ini memandangnya sebagai ketawadhukan atau kerendah-hatian seorang anak pada orang tua. Bahkan ia menyadari keberadaannya sekarang adalah buah dari orang tua dan leluhurnya masa dulu, juga para tokoh, para ulama, dan para pahlawan. “Kita bisa menikmati kemerdekaan seperti sekarang ini dari jasa-jasa beliau itu,” ungkapnya. Walhasil, tardisi tabur bunga di taman makam pahlawan atau nyadran dalam tradisi Jawa menjadi sebuah titik kesadaran manusia untuk selalu mengingat kemana masa depannya nanti. Inilah buah perjalanannya, dr. Arman banyak menemukan makna spiritual pitutur dan filosofi dari berbagai tradisi dan budaya.
Pria yang mengambil pendidikan doktornya di Universitas Airlangga ini juga menaruh perhatian pada tradisi laku ritual sesaji sebagai sebuah ritus tradisi atau budaya yang harus tetap dijaga untuk menyadarkan tentang keharmonisan alam, manusia, dan Tuhan. Dalam benak orang yang gagap tradisi, tentu mendengar istilah sesaji mungkin akan terbayang semua ritual mistis yang menyesatkan. Sesungguhnya, jauh di luar itu, sesaji atau sedekah adalah upaya manusia untuk memunculkan eksistensinya sebagai manusia, khalifah di muka bumi. “Sesaji adalah implemetasi keharmonisan dan keseimbangan alam. Bahkan dalam beberapa penelitian tentang sesaji dan sedekah menunjukkan bagaimana manusia berusaha menjaga alam yang selalu memberikan banyak manfaat bagi manusia. Bahkan, kajian ini telah menjadi bahas tesis atau disertasi di berbagai perguruan tinggi loh.”
Tidak banyak kita bisa mengenal seorang ahli science (kedokteran) yang mampu mengelaborasikan tradisi dan ilmu pengetahuan modern. Menilik berbagai kisah masa lalu, tentu kita akan banyak disuguhi berbagai peristiwa heroik dalam hal pengorbanan atau sesaji. Tengok saja peristiwa anak Nabi Adam AS, Qabil dan Habil hingga kisah Nabi Ibrahim AS yang harus mengobrakan anaknya, Nabi Ismail AS.Peristiwa inilah yang selanjutkan dihormati oleh orang muslim dengan merayakan hari raya Idul Adha atau hari raya Qurban.
Membicarakan tradisi, membuat kita semakin bisa memahami bagaimana seharusnya menjadi seorang manusia yang memanusiakan manusia, menuhankan Tuhan dan mengalamkan alam. Kecintaannya pada tradisi dan kebudayaan, bagi Pria yang telah mematenkan puluhan karyanya ini, khususnya budaya Jawa tidak pernah ragu dan bahkan bangga.

Arman Yurisaldi Saleh. FILE/Telegraf
”Inilah jatidiri kita, jatidiri bangsa kita,” ucapnya di akhir perbincangan. Ia tunjukkan beberapa foto kenangannya ketika mengenakan setelan jas beskap Jawa lengkap dengan blangkon. Pakaian adat menjadi simbol tentang keragaman Indonesia. Turut berbusana adat berarti berusaha menguatkan identitas kebangsaan. Mencintai tradisi budaya adalah wujud kebanggan pada negeri sendiri.
“Cintailah Indonesia dengan mencintai tradisimu,” ungkapnya. “dan, jadilah hamba dengan mengukuhkan keberadaan Tuhanmu, Tuhan seluruh alam.” pungkasnya. HFZ
Photo Credit: Arman Yurisaldi Saleh. FILE/Telegraf
- Pengamat Sebut Reshuffle Kabinet Masih Akan Terjadi Lagi - June 16, 2022 8:53 pm
- Koalisi Indonesia Bersatu, Poros Baru Hadapi Pilpres 2024 - June 5, 2022 8:21 am
- Ucapkan Bela Sungkawa ke Ridwan Kamil, Jokowi: Semua Milik Allah - June 5, 2022 4:11 am
Teleprofil
Catatan Anang: Integritas Sosok Ketua MA M. Syarifuddin Teruji

“Saya optimis, melihat Ketua MA yang sekarang, cara pandangnya sejalan dengan buah pikir yang sebaik-nya dilakukan oleh bangsa ini,” ujar Komjen (Pol) Anang Iskandar, mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) dan juga mantan dari Bareskrim Polri.
Anang Iskandar memantau pernyataan dan track record Ketua Mahkamah Agung Dr. H.M. Syarifuddin, SH., MH., yang amanah dan punya tanggung jawab besar bagi masa depan lembaga peradilan Indonesia. Dia berjanji akan memenuhi kewajiban sebagai Ketua Mahkamah Agung, dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya.
Catatan Anang
Adapun catatan Anang, yaitu Dr. Syarifuddin yang juga mantan Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Yudisial tersebut adalah figur yang komitmen memegang teguh akan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945, serta menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya.
Jabatan sebagai Ketua Kamar Pengawasan pernah di pegang, beliau berjanji akan berbakti kepada Nusa dan Bangsa. Syarifuddin sendiri mulai meniti karier dengan menjadi hakim di PN Banda Aceh pada 1981. Kemudian ia dipromosikan menjadi Wakil Ketua Pengadilan Negeri Muara Bulian, Jambi.
Jenderal bintang tiga ini melihat Dr Syarifuddin kariernya menanjak menjadi Ketua PN Padang Pariaman, Sumatera Barat. Pada tahun 1999, ia pun kembali ke kampung halamannya dengan menjadi Ketua PN Baturaja.
Seling beberapa waktu, ia kembali dipromosikan menjadi hakim PN Jakarta Selatan Pada Tahun 2006, lanjut dipromosikan menjadi Ketua PN Bandung. Dan tidak butuh lama ia dipromosikan kembali menjadi hakim tinggi pada Pengadilan Tinggi (PT) Palembang.
Awal Mulai Cemerlang Dalam Karier
Setelah itu, Syarifuddin kembali lolos menuju Mahkamah Agung (MA) dengan menjadi hakim agung pada tanggal 11 Maret 2013. Secara perlahan akhirnya ia menduduki posisi Ketua Muda MA bidang Pengawasan, yang kemudian sejak 2016 ia terpilih menjadi Wakil Ketua MA pada bidang Yudisial.
Diluar karier hakim, saat ini Syafruddin juga menjadi Ketua Ikatan Alumni UII Yogyakarta, menggantikan Mahfud MD. Pria kelahiran Baturaja, Sumatera Selatan pada 17 Oktober 1954 itu menegaskan tekadnya untuk melanjutkan pembaruan peradilan dan percepatan pencapaian visi mewujudkan badan peradilan Indonesia yang agung.
Anang Iskandar menyebut hakim yang bijak dapat kewenangan justice for health tersebut tanpa sarat dan mengesampingkan apapun tuntutan jaksa, bila terbukti sebagai penyalah guna untuk diri sendiri, hakim wajib memutuskan atau menetapkan penyalah guna untuk menjalani rehabilitasi.
“Beliau sosok hakim profesional yang bekerja dengan mengandalkan hati nurani,” ujar Anang Iskandar menyebut figur Ketua MA yang baru itu. Peranan hakim sebagai wakil Tuhan di muka bumi untuk memutus sebuah perkara yang ditangani.
Dengan adanya Surat Edaran Mahkamah Agung tentang hal ini, Hakim di seluruh Indonesia juga paham, dalam memutus perkara.
“Bahwa hakim itu diberi kewajiban dan kewenangan Justice For Health,” ujar Anang mengutip UU juga mewajibkan hakim untuk memperhatikan kewenangan Justice For Health agar penyalah guna dijatuhi sanksi rehabilitasi baik terbukti bersalah maupun tidak terbukti bersalah di pengadilan.
Anang yakin, figur Ketua MA ini merupakan Hakim Agung yang berpendapat penyalah guna diberikan pemidanaan berupa rehabilitasi, bukan pemidanaan berupa penjara. Putusan dari UU narkotikanya memberantas pengedar dan menjamin penyalah guna direhab.
Penanggulangan Masalah Narkotika
UU narkotika dalam menanggulangi masalah narkotika, mewajibkan orang tua untuk menyembuhkan anaknya yang menjadi penyalah guna atau pecandu.
Anang menyebut hakim yang bijak dapat kewenangan justice for health tersebut tanpa sarat dan mengesampingkan apapun tuntutan jaksa, bila terbukti sebagai penyalah guna untuk diri sendiri, hakim wajib memutuskan atau menetapkan penyalah guna untuk menjalani rehabilitasi.
Kewenangan justice for health tersebut tercantum pada pasal 103 yaitu kewenangan dapat menjatuhkan sanksi rehabilitasi. Relevan dan menjadi kewajiban serta kewenangan hakim karena tujuan UU narkotika adalah menjamin penyalah guna mendapatkan upaya rehabilitasi.
Penyalah guna narkotika secara victimologi adalah korban kejahatan narkotika dimana pelakunya adalah pengedar. Korban kejahatan ini dikriminalkan oleh UU narkotika berdasarkan pasal 127.
“Secara ilmu kesehatan, penyalah guna narkotika adalah penderita sakit adiksi ketergantungan narkotika yang memerlukan penyembuhan melalui proses rehabilitasi,” ujar Anang .
Penyalah guna narkotika kalau tidak segera mendapatkan penyembuhan akan relap atau menjadi residivis, bahkan berdampak buruk dan dapat melakukan perbuatan kriminal diluar kontrol dirinya.
“Saya sedang berupaya membuat janji, untuk memberikan buku saya ini, kepada Dr Syarifuddin, Ketua MA periode 2020-2025,” ujar pria yang berpengalaman dalam bidang reserse ini sekarang menjadi penulis buku dan dosen ini kepada jurnalis MATRA, saat softlaunching buku Politik Hukum Narkotika.
Photo Credit: Ketua MA M. Syariffuddin. DETIK/Ari Saputra
- Pengamat Sebut Reshuffle Kabinet Masih Akan Terjadi Lagi - June 16, 2022 8:53 pm
- Koalisi Indonesia Bersatu, Poros Baru Hadapi Pilpres 2024 - June 5, 2022 8:21 am
- Ucapkan Bela Sungkawa ke Ridwan Kamil, Jokowi: Semua Milik Allah - June 5, 2022 4:11 am
Teleprofil
Berguru Pada Yusril Ihza Mahendra, Sang Negarawan Sejati

Berguru kepada Yusril Ihza Mahendra dalam berbangsa dan bernegara. Saat tulisan ini berada di hadapan anda, saya berharap anda dalam keadaan baik dan tenang. Kemungkinan besar kita masih sedang mengkarantina diri di rumah, atau beraktifitas diluar rumah tetapi tetap menjaga social distanching. Kita memang masih dalam situasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). PSBB merupakan keputusan yang diambil presiden dalam menghadapi wabah Covid-19.
Sudah lebih sebulan lalu covid-19 mengobrak-abrik perasaan kita, bangsa Indonesia. Rasa aman dan rasa saling percaya seolah rontok dalam sekejap. Luka akibat Pilpres 2019 yg sudah mulai sembuh, seperti teriris kembali. Covid-19 ternyata tidak hanya sekedar virus yang menginveksi tubuh, tetapi juga perasaan dan batiniah kita.
Tulisan ini tidak akan mengupas tentang covid-19. Selain bukan ahli di bidang itu, informasi tentang hal tersebut telah cukup banyak.
Saya hanya akan fokus pada satu titik: bagaimana kita membangun pola pikir, pola sikap dan pola tindak dalam menghadapi setiap persoalan bersama yang datang. Hal ini penting, sebab seringkali sikap kita dalam menghadapi masalah justeru jauh lebih berbahaya ketimbang masalahnya itu sendiri.
Dalam situasi perang memghadapi covid-19 ini saya tertarik kepada sikap dan tindakan yang dilakukan oleh Prof. Yusril Ihza Mahendra (Yim), seorang begawan hukum Indonesia.
Sejak sekira 2 bulan lalu ketika tersebar berita tentang adanya serangan virus corona di berbagai negara, sepanjang pengamatan saya, Yim adalah tokoh yang paling produktif melalui tulisan-tulisanya menyampaikan pemikiran, pandangan, saran, masukan bahkan kritik kepada pemerintah selaku pengambil kebijakan. Dan dalam setiap kali menyampaikan pandangan dan kritiknya, Yim selalu memberikan alternatif solusi.
Hampir setiap hari kita membaca pandangan-pandangannya di media. Mulai dari pemikirannya yang filosofis dan religius, hingga saran-saran taktis dan kritik-kritik keras, santun dan solutif.
Saya -dan kita- paham dengan cara yang ditempuhnya. Semua karena rasa cinta kepada bangsa dan negara yang sedang menghadapi bahaya. Posisinya yang sedang diluar lingkar kekuasaan menjadi tidak mudah mengungkapkan rasa cinta kepada bangsa dan negara.
Setiap hari ruang publik seolah dipenuhi oleh pikiran-pukiran dan pandangannya. Berhari-hari, berminggu-minggu.
Teriakannya berhenti pada 1 April 2020. Ya, saat itu Presiden Joko Widodo telah mengambil keputusan dalam menghadapi wabah Covid-19: Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).
Jalan yang diputuskan presiden berbeda dengan yang diteriakkan Yim. Yim lebih merekomendasi Lockdown atau Karantina Wilayah, presiden memilih PSBB. Walaupun mengandung kesamaan, tetapi sangat jauh berbeda.
Apakah Yim kecewa? Mungkin iya. Tapi apakah Yim marah? Tidak sama sekali. Justru Yim hari itu mengakhiri berondongan tulisan-tulisannya. Tulisan terakhir Yim setelah presiden mengumumkan keputusannya, berjudul “BISAKAH PSBB MENGHADAPI VIRUS CORONA?”. Setelah itu Yim tidak menuliskan (mempublikasikan) lagi pemikiran-pemikirannya.
Hanya, pada alinea terakhir tulisan terakhirnya tersebut Yim menulis, “Karena itu selama masa penerapan PSBB ini, saya sarankan agar Pemerintah mulai bersiap-siap menghadapi risiko terburuk kalau akhirnya tidak punya pilihan lain menghadapi wabah virus Corona, kecuali memilih menerapkan Karantina Wilayah, jika pandemi ini ternyata tidak mampu dihadapi dengan PSBB”.
Kalimat tersebut berupa warning sekaligus jalan menuju solusi. Dan sampai hari ini kita belum membaca lagi tulisan Yim terkait hal tersebut.
Lalu dimana letak pelajaran berharganya? Ialah pada cara yang ditempuh dan sikap yang diambilnya.
Selama Presiden Jokowi sebagai pemimpin belum memgambil keputusan, Yim sekuat tenaga dan pikiran menyampaikan semua hal yg dianggap benar dan baik. Tak peduli dia dipuji atau dimaki. Tetapi ketika presiden telah mengambil keputusan, walaupun hal itu tidak sesuai dengan pemikirannya, Yim diam. Keputusan pemimpin negara harus dihargai dan dihormati. Jangan dirongrong. Harus didukung. Setidaknya, diam. Inilah pelajaran yang sangat tinggi nilainya dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara.
Saya yakin hari ini Yim adalah orang yang paling tenang dan lega. Dia sudah berusaha semaksimal mungkin. Bebannya telah ditumpahkan. Tugasnya telah ditunaikan. Usahanya telah dijalankan. Tinggal bertawakkal kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.
Tentu Yim tidak lantas berleha-leha. Pikiran dan hatinya pasti terus diperas utk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi beberapa waktu kedepan. Hari-hari pasti diamatinya dengan cermat.
Seandainya kita mampu meniru sikap dan caranya dalam berbangsa dan bernegara, sepertinya bangsa ini akan lebih cepat dewasa. Saya merasa kita memang patut berguru kepadanya, Sang Negarawan Sejati. Oleh : M Masduki Taha
Photo Credit : Yusril Ihza Mahendra / Fanspage Yusril
- Pengamat Sebut Reshuffle Kabinet Masih Akan Terjadi Lagi - June 16, 2022 8:53 pm
- Koalisi Indonesia Bersatu, Poros Baru Hadapi Pilpres 2024 - June 5, 2022 8:21 am
- Ucapkan Bela Sungkawa ke Ridwan Kamil, Jokowi: Semua Milik Allah - June 5, 2022 4:11 am
-
Musik2 weeks ago
Nagaswara Hadirkan Nagadigit, Dongkrak Penonton di Media Sosial
-
Ekonomika2 weeks ago
Jerman Lirik 150 juta Ton Batubara dari Indonesia
-
Corporate2 weeks ago
Samsung Innovation Campus 2022 Berikan Pelatihan Coding 1.000 Siswa
-
Ekonomika1 week ago
Sinergi BNI dan DJP, Komitmen Tingkatkan Layanan Nasabah
-
Musik6 days ago
Prost Fest 2022 Local Pride for Music Festival in the Beach
-
Ekonomika1 week ago
Hut Ke-76, BNI Gelar Akad 5.476 Debitur FLPP
-
Ekonomika1 week ago
BSI Pimpin Pembiayaan Sindikasi Proyek Tol Rp1,34 Triliun
-
Ekonomika1 week ago
Janji ALAMI Komitmen Dukung Pertumbuhan UMKM Melalui Pembiayaan Syariah di Depan Ratusan Anggota HIPMI