Telegraf – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan bahwa stabilitas sistem keuangan Indonesia pada triwulan I 2025 tetap terjaga meskipun menghadapi ketidakpastian global yang semakin meningkat, terutama akibat dinamika kebijakan tarif dari pemerintah Amerika Serikat.
“Situasi stabilitas sistem keuangan tetap terjaga di tengah meningkatnya ketidakpastian perekonomian dan pasar keuangan global,” ujar Sri Mulyani dalam konferensi pers usai rapat berkala Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Kamis (24/4).
Ketidakpastian global tersebut dipicu oleh kebijakan tarif impor AS yang memicu eskalasi perang dagang, terutama dengan Tiongkok, sehingga mendorong pelaku pasar untuk menghindari risiko (risk aversion) dan menyebabkan tekanan pada nilai tukar di berbagai negara berkembang.
“Kebijakan tarif resiprokal Amerika Serikat telah memicu retaliasi dari Tiongkok dan meningkatkan ketidakpastian perdagangan global serta mengganggu rantai pasok,” jelasnya.
Sri Mulyani juga menyoroti dampak global terhadap pertumbuhan ekonomi, di mana proyeksi pertumbuhan dunia mengalami penurunan sebesar 0,3 poin persentase. Indonesia turut terdampak dengan koreksi proyeksi pertumbuhan menjadi 4,7% menurut IMF, lebih rendah 0,4 poin dari proyeksi sebelumnya.
Meski demikian, kondisi ekonomi domestik tetap menunjukkan daya tahan yang baik. Konsumsi rumah tangga tetap kuat, didukung oleh belanja pemerintah seperti pembayaran THR, bantuan sosial, dan pelaksanaan proyek strategis nasional.
“Investasi tetap solid, tercermin dari impor barang modal seperti alat berat yang meningkat, dan aktivitas manufaktur yang masih berada di zona ekspansif,” tambah Sri Mulyani.
Di pasar valuta asing, nilai tukar rupiah sempat mengalami tekanan saat libur Idulfitri, namun Bank Indonesia melakukan intervensi di pasar offshore untuk menstabilkan nilai tukar.
“Nilai tukar rupiah tetap berada dalam kisaran yang sesuai dengan fundamental ekonomi Indonesia dan didukung oleh imbal hasil yang menarik serta inflasi yang rendah,” kata Sri Mulyani.
Inflasi Maret 2025 tercatat sebesar 1,03% (yoy), dengan inflasi inti sebesar 2,48% dan inflasi volatile food melandai ke 0,37%. Kelompok barang bersubsidi justru mengalami deflasi sebesar 3,16%, sebagian karena berakhirnya diskon tarif listrik.
Ke depan, pemerintah akan terus meningkatkan koordinasi lintas lembaga serta memperkuat permintaan domestik guna menjaga momentum pertumbuhan ekonomi di tengah ketidakpastian global.
menterimenke“Kami akan terus melakukan mitigasi awal termasuk melalui komunikasi dengan pemerintah Amerika Serikat dan deregulasi untuk memperkuat perekonomian nasional,” pungkas Sri Mulyani.