Pesenam Indonesia Raih Perunggu di Special Olympics Jerman

Oleh : Didik Fitrianto

Telegraf – Kontingen Special Olympics Indonesia langsung mendapat medali di hari pertama penyelenggaraan Special Olympics Summer Games, Minggu 18 Juni. Cyntia Rismauli Nainggolan, pesenam asal Sumatera Utara meraih perunggu pada hari pertama di nomor Rhythmic Gymnastic Berlaga di Hall, Cyntia meraih nilai 60,450 kalah dari peraih emas Aigerian Issabayeva dari Kazakhstan yang mencatat 61,900 dan pesenam Republik Domika peraih perunggu Katherine Carrascoso Pujols yang mencatat 61,600.

“Cynthia gugup saat turun di alat tali, ngeblank jadinya,” kata pelatih Elly Puji Kusumawati, Senin (19/06/2023).

Sementara di cabang olah raga bulutangkis Naufal Dwi Kurnia dan Ananias Ulin Pratiwi mencatat kemenangan atas lawan-lawannya saat mengikuti tahap divisioning.

“Saya bersyukur Alhamdullilah bisa menang dua kali, saya berharap bisa menang dua kali,” ujar Naufal.

Pelatih Mardi Panjaitan mengharapkan dua kemenangan itu membuat para juri memutuskan atletnya masuk ke divisi 1 dan Naufal bisa meraih emas.

Kesetaraan kemampuan merupakan yang dijunjung tinggi dalam Special Olympics. Artinya agar bisa tampil maksimal pihak Special Olympics International memberlakukan pengelompokan pertandingan. Atlit dengan kemampuan lebih tidak boleh bertanding dengan mereka yang lebih lemah.

Perbedaan diukur dalam satuan yang telah ditetapkan. Pada masa registrasi kontingen tiap negara diwajibkan mengirim data kemampuan atlit. Data kemampuan itu akan diuji kembali pada saat atlet mengikuti tahap divisioning. Bila misalnya terjadi perubahan tim pelatih bisa menyampaikan hal itu. Sebaliknya bila tidak tim juri bisa memberi sanksi berupa diskualifikasi.

Atlit yang dinyatakan terkena diskualifikasi masih mendapat kemungkinan untuk tetap bertanding di nomer yang berbeda. Misalnya perenang yang didaftarkan di beberapa nomer perlombaan kemungkinan terkena diskualifikasi di salah satu nomor sehingga bisa ikut ke nomer yang lain.

Perenang Special Olympics Indonesia Nadila mengalami hal itu dalam divisioning hari Minggu kemarin.

“Waktunya terlalu cepat setelah intensif berlatih di Pelatnas,” ujar pelatih Yulidarti.

Saat didaftarkan awal bulan Mei lalu dalam nomor gaya dada, waktu catatan Nadila masih di atas 2 menit. Namun saat mengikuti divisioning di Berlin dia berenanang di bawah waktu 2 menit untuk Gaya Dada 100 meter.

Perbedaannya melawati batas yang ditentukkan para juri. Perenang putera Spesial Indonesia lain, Alfian menempati posisi kedua di nomor yang sama sehingga lolos divisioning. Sementara perenang negara lain yang ada di posisi pertama dinyatakan terkena diskuallifikasi.

Lainnya Dari Telegraf