Telegraf – Dalam rangka pencapaian pembangunan berkelanjutan 2030, Indonesia melalui Kementerian Sekretariat Negara (Kemensetneg) dibawah Biro Kerja Sama Teknik Luar Negeri dan Perpustakaan nasional (Perpusnas) gandeng berbagai organisasi internasional, termasuk Colombo Plan.
Salah satu bentuk implementasinya ialah program Kerja Sama Selatan-Selatan dan Triangular (KSST) yang merupakan upaya penguatan kerja sama pembangunan internasional dan bagian dari “soft diplomacy” untuk peningkatan citra positif Indonesia.
Kepala Biro Hukum, Organisasi, Kerja Sama, dan Hubungan Masyarakat Perpusnas Sri Marganingsih menjelaskan Colombo Plan merupakan organisasi regional yang mencakup konsep upaya kolektif antarpemerintah untuk memperkuat pembangunan ekonomi dan sosial negara-negara anggotanya di wilayah Asia-Pasifik. Fokus utama dari semua kegiatan Colombo Plan adalah pengembangan sumber daya manusia.
“Indonesia telah aktif berpartisipasi dalam Colombo Plan sejak tahun 1953 dan selama kurun waktu 1995-2007, Indonesia menjadi salah satu penerima manfaat terbesar dari program Colombo Plan dengan 1.131 peserta yang telah mengikuti berbagai program,” ucapnya di Jakarta pada Jumat (10/11/2023).
Lebih lanjut, Sri menerangkan bahwa pada 2023 Perpusnas bekerja sama dengan Kemensetneg dan Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) di bawah Direktorat Sosial Budaya dan Organisasi Internasional Negara Berkembang dalam mengadakan sesi berbagi praktik baik melalui pelatihan untuk 17 peserta yakni 7 peserta berasal dari 5 negara anggota Colombo Plan (Laos, Malaysia, Nepal, Sri Lanka, dan Vietnam) dan 10 peserta lainnya yang terdiri dari perwakilan dari provinsi/kabupaten/kota di Indonesia. Dia menambahkan program praktik baik tersebut akan diselenggarakan setiap tahun dalam kurun waktu tiga tahun.
“Di tahun pertama ini, judul yang diangkat adalah Program Berbagi Pengetahuan tentang Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (Knowledge Sharing Program on Library Transformation Program Based on Social Inclusion) dengan tema Penguatan Peran Perpustakaan Umum dalam Meningkatkan Kesejahteraan Komunitas Lokal (Strengthening the Role of Public Libraries for Promoting Local Community Welfare). Pelaksanaannya dijadwalkan bertempat di Perpustakaan Nasional (Perpusnas) selama lima hari, pada Senin-Jumat (13-17/11/2023),” terangnya.
Selain agenda pelatihan, para peserta juga dijadwalkan visitasi ke perpustakaan Mutiara Rawa Binong, Kelurahan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Rencananya pengelola perpustakaan Payung Tunas Teratai, Kelurahan Cipayung dan pengelola Perpustakaan Gebang Sari, Kelurahan Bambu Apus, Jakarta Timur pun turut hadir dalam visitasi tersebut. Kelak, peserta akan diajak meninjau fasilitas perpustakaan dan mengunjungi bazar produk hasil binaan program Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS) di wilayah DKI Jakarta. Ada pula kunjungan kebudayaan ke Taman Mini Indonesia Indah untuk memperkenalkan keanekaragaman kebudayaan Indonesia.
Program TPBIS merupakan kegiatan yang dilaksanakan Perpusnas dengan melibatkan pemerintah daerah (provinsi/kabupaten/kabupaten/desa) untuk mengembangkan fungsi dan peran perpustakaan dalam memberikan layanan, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat pengguna perpustakaan. Melalui program ini, perpustakaan umum mampu menjadi ruang terbuka bagi masyarakat dalam memperoleh solusi dalam upaya meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan.
Kepala Pusat Pengembangan Perpustakaan Umum dan Khusus Perpusnas, Nani Suryani membeberkan sejak dicanangkan sebagai program prioritas nasional pada 2018, program TPBIS dengan stimulan yang bersumber dari APBN melalui Perpusnas, hingga tahun 2022 telah diimplementasikan di 34 perpustakaan provinsi, 296 perpustakaan kabupaten/kota, dan 1.696 perpustakaan desa/kelurahan.
Pada tahun 2023, sejumlah 450 perpustakaan desa/kelurahan menjadi mitra baru TPBIS. Hingga Februari 2023, TPBIS telah direplikasi di 1.205 desa/kelurahan di 26 provinsi dengan sumber anggaran APBD dan/atau sumber lain.
“Perpusnas mendapatkan satu kehormatan untuk bisa bersinergi dalam penyelenggaraan Colombo Plan ini. Terlebih, tujuannya dalam penguatan kualitas sumber daya manusia pun relevan dengan kegiatan yang menjadi prioritas nasional Perpusnas yaitu program TPBIS yang sangat berdampak positif terhadap pengetahuan dan kesejahteraan masyarakat,” katanya.
Nani menambahkan bahwa peserta pelatihan akan berkesempatan mengamati dan mempelajari bagaimana Perpusnas atau perpustakaan umum di Indonesia menyediakan kebijakan dan pedoman untuk membantu pelaksanaan transformasi perpustakaan. Melalui kegiatan ini, peserta juga didorong untuk berbagi praktik dan pengalaman terbaik negaranya dalam melaksanakan pemberdayaan masyarakat melalui lembaga publik.
“Program TPBIS ini sunggguh luar biasa, hal ini terlihat dari respon masyarakat termasuk dampak yang mereka rasakan. Mereka yang telah bermitra merasa terbantu, terutama ketika pandemi, yang tidak punya pekerjaan berubah menjadi entrepreneur dengan menjadi penjual online maupun rumahan untuk meningkatkan perekonomian keluarga,” tambahnya.
Dia menjabarkan 10 peserta dari Indonesia yang hadir antara lain perwakilan dari Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Brebes, Desa Gunung Putih Provinsi Kalimantan Utara, Kabupaten Gunungkidul, dan Kabupaten Maros.
“Mereka yang hadir dalam kegiatan Colombo Plan ini merupakan fasilitator-fasilitator daerah yang telah berhasil untuk benar-benar mampu mendampingi masyarakat setempat dalam menghasilkan produk maupun keahlian melalui perpustakaan,” pungkasnya.