Telegraf – Dalam rangka memperkuat upaya peningkatan literasi digital, Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) menyelenggarakan seminar online yang bertema Literasi Digital: “Tanggap dan Tangguh di Era Digital”. Dalam seminar yang menghadirkan tiga pembicara antara lain Junico BP Siahaan yang mewakili DPR RI Komisi I, Semuel Abrijani Pangerapan selaku Dirjen Aplikasi Informatika (APTIKA) Kemenkominfo, serta Santi Indra Astuti dosen Ilmu Komunikasi Fikom UNISBA.
Seminar yang merupakan dukungan Kominfo terhadap Program Literasi Digital yang bertujuan untuk mendorong masyarakat agar mengoptimalkan pemanfaatan internet sebagai sarana informasi dan edukasi serta memberdayakan masyarakat agar dapat memilah dan memilih informasi yang dibutuhkan serta memberikan informasi yang lengkap kepada masyarakat terkait pembangunan Infrastruktur TIK oleh APTIKA guna mendorong dan memotivasi masyarakat untuk mengedepankan etika dan budaya saat bermedia sosial.
“Dimasa pandemi dan pesatnya teknologi telah merubah aktivitas seluruh masyarakat dalam melakukan kegiatan dan mengajak untuk ikut serta dalam transformasi digital Indonesia. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan mewujudkan masyarakat digital dimana kemampuan literasi digital masyarakat memegang peran yang sangat penting dalam upaya transformasi digital, pemerintah tidak dapat bergerak sendiri sehingga peran masyarakat sangat dibutuhkan. Sehingga Kominfo dan Siber Kreasi serta stakeholder lainnya terus berupaya mengadakan kegiatan guna mencapai tingkat literasi yang optimal,” kata Semuel Abrijani secara daring melalui zoom meeting, Jumat (24/09/2021).
Sementara Santi Indra Astuti mengatakan bahwa ada empat pilar literasi digital yaitu cakap digital, budaya digital, etika digital, keamanan digital yang bisa menjadi panduan untuk menjawab masalah masalah literasi digital saat ini.
“Betapa pun banyaknya masalah yang dihadapi di dunia digital tersebut bukan menjadi alasan untuk meninggalkan dunia digital. Karena masalah masalah digital yang dihadapi oleh para pelaku digital sebelumnya akan menjadi panduan dan pembelajaran untuk masalah masalah digital yang akan dihadapi nanti ke depannya,” imbuhnya.
Ia menegaskan bahwa apapun yang dihadapi di dunia digital, kendali atau kontrol akan tetap dipegang oleh diri kita termasuk di dalamnya keamanan, jadi untuk dapat menjadi pelaku digital yang mahir dan berpengalaman dalam menghadapi permasalahan dunia digital, maka perbanyaklah mengikuti forum forum literasi digital dimanapun, sehingga kita dapat berbagi pengalaman dengan yang lain.
Menurutnya informasi tentu saja boleh disharing untuk bahan pengetahuan kepada komunitas atau lingkungan akan tetapi terlibih dulu harus ada proses sharing sebelum dibagikan atau share ke publik.
Sementara itu Junico Siahaan mengatakan bahwa para peserta acara itu adalah agen literasi digital yang diperlukan dalam menyebarkan informasi yang positif tentang menjadi cakap digital terhadap lingkungan, untuk tidak lupa memberikan ilmu yang positif kepada generasi yang lebih muda juga menanamkan critical thinking atau cara berpikir kritis dalam setiap langkah di dalam dunia digital.
“Seperti cara sharing atau mengunduh dan mengunggah informasi. Kemudian karakter yang harus dimiliki sebagai pelaku digital adalah bagaimana dampaknya informasi yang akan disebar melalu dunia digital, dan berhati hati jika ingin membuat konten di dunia digital dan dampak yang akan ditimbulkan atas konten yang akan diunggah tersebut dan juga berpikir kritis dalam setiap langkah di dunia digital,” pungkasnya.
Photo Credit: Pesatnya pertumbuhan penggunaan internet di Indonesia tidak diimbangi dengan kemampuan masyarakat dalam menilai dan mengecek kebenaran sumber informasi media melalui teknologi digital. Kemampuan ini dikenal sebagai literasi media digital. ANTARA/Andrianto Eko Suwarso