Telegraf– Otoritas Jasa Keuangan (OJK) kembali menegaskan komitmennya dalam mendorong literasi dan inklusi pasar modal hingga ke wilayah timur Indonesia. Melalui gelaran Sosialisasi Edukasi Pasar Modal Terpadu (SEPMT) 2025 yang digelar pada 26–27 Mei di Jayapura, Papua, OJK bersama pelaku industri menghadirkan berbagai program edukatif dan interaktif demi memperluas akses pasar modal secara berkelanjutan.
Kegiatan yang berlangsung di Universitas Yapis Papua ini menghadirkan Kuliah Umum Pasar Modal Syariah bersama Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi. Ia menyampaikan pentingnya investasi syariah sebagai alternatif pengelolaan keuangan yang sesuai nilai-nilai Islam.
“Investasi di Pasar Modal Syariah merupakan salah satu pilihan strategis untuk melindungi nilai aset dari inflasi, sekaligus mendapatkan potensi keuntungan yang halal dan etis,” ujar Inarno dalam sambutannya.
Menurut data OJK, kinerja Pasar Modal Syariah menunjukkan tren positif. Hingga 15 Mei 2025, Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) tumbuh 2,62 persen secara year-to-date (ytd) dan 3,29 persen year-on-year (yoy). Nilai kapitalisasi pasar ISSI mencapai Rp7.100,61 triliun.
“Ini menjadi bukti bahwa instrumen syariah semakin diminati masyarakat dan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi serta digitalisasi keuangan,” tambah Inarno.
Dari sisi produk, dana kelolaan reksa dana syariah per 9 Mei 2025 tercatat tumbuh 14,18 persen ytd menjadi Rp57,72 triliun. Sementara outstanding sukuk korporasi dan sukuk negara masing-masing mencapai Rp62,97 triliun dan Rp1.704,34 triliun.
Rektor Universitas Yapis Papua, Didik S. S. Mabui, menyampaikan apresiasinya terhadap kegiatan ini. Ia menilai momentum SEPMT harus dimanfaatkan untuk membangun pemahaman generasi muda terhadap pentingnya literasi keuangan sejak dini.
“Dengan memahami pasar modal syariah, kita tidak hanya membekali mahasiswa dengan pengetahuan finansial, tapi juga menanamkan nilai keuangan yang etis dan bertanggung jawab,” kata Didik.
Dalam rangkaian SEPMT, OJK juga menggelar sesi “Sosialisasi Alternatif Pendanaan Perusahaan melalui Pasar Modal” yang ditujukan bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) lokal. Eddy Manindo Harahap, Kepala Departemen Pengaturan dan Pengembangan Pasar Modal OJK, menyampaikan bahwa pasar modal membuka peluang nyata untuk memperkuat struktur keuangan UKM.
“UKM harus mulai melihat pasar modal bukan hanya sebagai tempat investasi, tapi juga sebagai sumber pendanaan jangka panjang yang transparan dan terpercaya,” ungkap Eddy.
Talkshow bertema “Melek Keuangan: Strategi Investasi Cerdas dan Menghindari Investasi Ilegal” yang disiarkan langsung oleh TVRI Papua turut melengkapi acara. Talkshow ini menyoroti pentingnya edukasi investasi yang sehat dan bagaimana menghindari jebakan investasi bodong.
Kehadiran SEPMT 2025 di Papua menjadi bukti konkret komitmen OJK dalam mewujudkan inklusi keuangan yang merata. OJK menargetkan pertumbuhan signifikan investor ritel dan calon emiten dari kawasan timur Indonesia sebagai bagian dari strategi nasional memperkuat ekonomi berbasis pasar modal.