TELEGRAF – Generasi Z, yang lahir di era perubahan teknologi pesat dan meningkatnya kesadaran akan isu lingkungan, telah menunjukkan karakteristik unik dalam berbagai aspek kehidupan, termasuk cara mereka berinvestasi.
Di tengah tantangan global seperti krisis iklim, polusi, dan degradasi lingkungan, mereka tidak hanya berupaya membuat perubahan melalui gaya hidup sehari-hari tetapi juga dengan mengambil langkah lebih strategis di pasar modal.
Green investing, atau investasi ramah lingkungan, menjadi salah satu pilihan yang semakin diminati.
Tidak hanya sekadar mengikuti tren, minat terhadap green investing menunjukkan bagaimana generasi ini memprioritaskan dampak positif jangka panjang.
Mereka memahami bahwa keputusan finansial hari ini tidak hanya memengaruhi dompet pribadi, tetapi juga masa depan planet.
Fenomena ini memberikan warna baru dalam dunia investasi, menciptakan tekanan bagi perusahaan untuk mengadopsi praktik yang lebih berkelanjutan dan transparan.
Apa yang Membuat Green Investing Begitu Menarik?
Konsep green investing sejatinya berakar pada prinsip-prinsip keberlanjutan.
Ketika seseorang berinvestasi dalam perusahaan atau proyek yang memprioritaskan keberlanjutan lingkungan, seperti energi terbarukan, pengelolaan limbah yang efisien, atau teknologi ramah lingkungan, mereka turut mendukung solusi bagi tantangan global.
Generasi Z dikenal sebagai generasi yang tidak segan mengambil sikap terhadap isu-isu besar. Lingkungan menjadi salah satu fokus utama, karena mereka menyadari bahwa dampak dari eksploitasi sumber daya alam sudah terasa nyata.
Mulai dari kenaikan suhu global hingga bencana alam yang lebih sering terjadi, realitas ini mendorong mereka untuk bertindak.
Tidak hanya memilih untuk mengurangi jejak karbon melalui gaya hidup, mereka juga mencari cara untuk memengaruhi perubahan melalui pasar modal.
Teknologi memainkan peran penting dalam kemudahan mengakses informasi dan investasi.
Aplikasi seperti Robinhood, Ajaib, atau eToro memungkinkan generasi muda memulai perjalanan investasi mereka dengan modal kecil, dan sering kali menyediakan filter untuk memilih perusahaan atau dana berbasis ESG (Environmental, Social, Governance).
Hal ini membuat green investing lebih mudah dijangkau dan lebih relevan bagi kelompok usia yang lebih muda.
Perubahan di Pasar Modal yang Didukung Oleh Minat Baru
Pasar modal merespons minat terhadap green investing dengan pertumbuhan produk investasi berbasis keberlanjutan.
Dana ESG, misalnya, mencatat lonjakan besar dalam beberapa tahun terakhir.
Pada tahun 2023, nilai dana berbasis ESG secara global telah mencapai lebih dari $2,5 triliun.
Ini menunjukkan adanya pergeseran preferensi investor, dari fokus semata-mata pada keuntungan finansial menuju kombinasi antara keuntungan dan dampak positif.
Selain itu, obligasi hijau atau green bonds juga menjadi instrumen yang semakin populer.
Obligasi ini digunakan untuk mendanai proyek-proyek ramah lingkungan, seperti pembangunan infrastruktur energi terbarukan atau pengelolaan limbah berkelanjutan.
Pada tahun yang sama, penerbitan green bonds mencapai angka $500 miliar, menunjukkan permintaan besar dari investor yang ingin memastikan uang mereka digunakan untuk tujuan yang baik.
Namun, meski angka-angka ini tampak menggembirakan, ada tantangan yang tidak bisa diabaikan, seperti praktik greenwashing.
Beberapa perusahaan mencoba memanfaatkan tren ini dengan mengklaim diri sebagai ramah lingkungan tanpa bukti konkret.
Situasi ini membuat transparansi menjadi aspek yang sangat penting. Generasi Z, yang terbiasa dengan akses informasi instan, cenderung lebih kritis terhadap klaim semacam ini, mendorong perusahaan untuk lebih berhati-hati dan jujur dalam melaporkan inisiatif keberlanjutan mereka.
Hubungan Antara Nilai Pribadi dan Keputusan Finansial
Apa yang membedakan generasi ini dari pendahulunya adalah bagaimana mereka mengintegrasikan nilai pribadi ke dalam setiap aspek kehidupan, termasuk investasi.
Mereka cenderung memandang uang sebagai alat untuk menciptakan dampak, bukan sekadar sarana untuk akumulasi kekayaan.
Ini menjelaskan mengapa mereka lebih memilih perusahaan yang tidak hanya menghasilkan laba, tetapi juga berkontribusi pada kebaikan sosial dan lingkungan.
Lebih jauh lagi, Gen Z memandang green investing sebagai cara untuk mendukung perubahan yang lebih luas.
Dengan mengalokasikan dana mereka ke perusahaan yang mempromosikan energi terbarukan atau praktik bisnis berkelanjutan, mereka berharap bisa mendorong perusahaan lain untuk mengikuti jejak serupa.
Ini adalah bentuk aktivisme yang bergerak melalui pasar modal, dan dampaknya tidak bisa diremehkan.
Namun, tidak dapat disangkal bahwa aspek finansial tetap menjadi pertimbangan.
Data menunjukkan bahwa perusahaan dengan skor ESG tinggi sering kali memiliki kinerja yang lebih stabil, terutama dalam menghadapi krisis global.
Dengan kata lain, green investing menawarkan potensi keuntungan finansial sekaligus keberlanjutan jangka panjang, menjadikannya opsi menarik bagi investor muda yang ingin “berbuat baik sambil untung.”
Krisis Iklim Sebagai Pendorong Utama
Realitas krisis iklim semakin sulit diabaikan. Dari kebakaran hutan hingga pencairan es di kutub, bukti-bukti tentang kerusakan lingkungan semakin nyata.
Generasi Z, yang tumbuh di era media sosial, menjadi lebih terpapar pada isu-isu ini dibandingkan generasi sebelumnya.
Dengan memanfaatkan kekuatan informasi dan komunitas, mereka membentuk narasi baru tentang pentingnya tindakan kolektif untuk menyelamatkan planet.
Investasi hijau adalah salah satu manifestasi dari narasi ini. Di balik setiap saham atau obligasi hijau yang mereka beli, ada keyakinan bahwa mereka berkontribusi pada dunia yang lebih baik.
Dalam konteks ini, pasar modal bukan lagi hanya tentang angka-angka, tetapi juga tentang cerita dan dampak.
Masa Depan Investasi: Lebih Hijau dan Berkelanjutan
Melihat tren saat ini, jelas bahwa green investing bukan hanya fenomena sementara.
Dengan meningkatnya tekanan dari generasi muda, perusahaan di berbagai sektor berlomba-lomba meningkatkan praktik ESG mereka untuk tetap relevan.
Tidak lagi cukup hanya menghasilkan keuntungan; perusahaan juga harus menunjukkan bagaimana mereka berkontribusi pada solusi untuk tantangan global.
Perkembangan teknologi terus memberikan peluang baru dalam green investing.
Aplikasi investasi kini menyediakan data ESG yang lebih transparan, memungkinkan investor untuk membuat keputusan yang lebih terinformasi.
Selain itu, regulasi yang semakin ketat terhadap praktik keberlanjutan memberikan perlindungan tambahan, baik bagi investor maupun lingkungan.
Namun, tantangan tetap ada. Greenwashing menjadi salah satu ancaman terbesar, dan hanya melalui edukasi yang memadai, generasi muda dapat menghindari jebakan ini.
Mereka harus dibekali kemampuan untuk menganalisis laporan ESG dan memahami metrik keberlanjutan yang sebenarnya.
Generasi Z membawa perspektif baru ke dunia investasi. Green investing menjadi cara mereka mengekspresikan nilai-nilai pribadi sekaligus membentuk masa depan yang lebih baik.
Dengan mengintegrasikan keberlanjutan ke dalam portofolio mereka, mereka mendorong perubahan besar dalam cara pasar modal beroperasi.
Minat mereka pada investasi hijau menciptakan tekanan positif bagi perusahaan untuk meningkatkan praktik bisnis mereka.
Dengan transparansi yang lebih baik dan regulasi yang lebih ketat, green investing memiliki potensi untuk menjadi norma baru di pasar modal.
Kombinasi antara idealisme dan pragmatisme yang ditunjukkan oleh generasi ini adalah bukti bahwa keputusan finansial bisa menjadi alat yang kuat untuk menciptakan dampak nyata.
Dalam konteks ini, masa depan investasi terlihat lebih cerah dan yang terpenting, lebih hijau.
Penulis : Ni Putu Nita Sri Natih, Magister akuntansi 2024 Undiksha