Internasional
Joe Biden Tekan Xi Jinping Agar Tak Bantu Rusia

- Menkominfo Johnny Plate Diperiksa Kejagung Terkait Kasus Korupsi BTS - 14 February 2023 | 3:39 PM
- Ferdy Sambo Bisa Lolos Dari Eksekusi Mati Jika KUHP Ini Berlaku - 14 February 2023 | 6:52 AM
- Berada di Medan, Jokowi Ungkapkan Beberapa Rencana Kedepan - 12 February 2023 | 10:19 AM
Internasional
Biden Akan Segera Ajak Bicara Xi Jinping, Ada Apa?

Telegraf – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Senin (14/03/2023) menyatakan bahwa setelah mengumumkan perincian perjanjian AUKUS terkait kapal selam dengan Inggris dan Australia, dia bakal segera berbicara dengan Presiden China Xi Jinping.
Perjanjian AUKUS itu adalah untuk menyediakan Australia dengan kapal selam nuklir yang bertujuan membendung kekuatan China di kawasan Indo-Pasifik.
Beijing telah mengutuk perjanjian AUKUS tersebut sebagai tindakan yang melanggar aturan proliferasi nuklir.
Ketika ditanyakan apakah Biden merasa cemas bahwa China akan melihat perjanjian kapal selam AUKUS sebagai agresi, Biden menjawab “tidak”.
Kemudian, ketika ditanyakan apakah akan berbicara dengan Xi segera, Biden menyatakan “ya”, tetapi untuk pertanyaan lainnya mengenai apakah dia akan memberi tahu wartawan kapan kedua kepala negara itu akan berbicara, Biden menjawab “tidak”.
Sebelumnya, Biden pada pertengahan Februari menyatakan akan berbicara dengan Xi mengenai pernyataan Amerika Serikat tentang balon mata-mata China yang terbang di atas wilayah udara Amerika sehingga memperburuk ketegangan yang telah ada, tetapi pembicaraan tersebut belum pernah diumumkan.
Penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan menyatakan pekan lalu bahwa Amerika Serikat ingin membangun kembali komunikasi reguler dengan China.
Biden diharapkan akan berbicara dengan Xi melalui jaringan telepon beberapa waktu setelah pemerintah China kembali bekerja menyusul Kongres Rakyat Nasional tahunan yang berakhir Senin.
“Kompetisi membutuhkan dialog dan diplomasi. Kami mendorong RRC (Republik Rakyat China) menggelar pola komunikasi yang teratur pada tingkat senior,” kata Sullivan kepada media pekan lalu ketika membahas isu AUKUS dalam kaitannya dengan China.
Sullivan menambahkan bahwa selama 18 bulan terakhir, pihaknya telah berkomunikasi dengan China mengenai AUKUS dan mencari lebih banyak informasi dari mereka mengenai maksud penumpukan militer China, termasuk kapal selam bertenaga nuklir.
The Wall Street Journal melaporkan pada Senin bahwa Xi berencana berbicara dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy untuk pertama kalinya sejak invasi Rusia ke Ukraina.
Pembicaraan tersebut kemungkinan terjadi setelah kunjungan Xi ke Moskow pekan depan untuk bertemu dengan Presiden Rusia Vladimir Putin, menurut laporan tersebut.
Sullivan memberi tahu wartawan bahwa Washington secara terbuka dan secara pribadi telah mendorong Xi untuk berbicara dengan Zelenskyy agar Xi tidak hanya mendengar perspektif Rusia terkait peperangan.
Sullivan menambahkan bahwa Ukraina belum mengonfirmasi adanya pembicaraan melalui telepon antara Xi dan Zelenskyy.
- Menkominfo Johnny Plate Diperiksa Kejagung Terkait Kasus Korupsi BTS - 14 February 2023 | 3:39 PM
- Ferdy Sambo Bisa Lolos Dari Eksekusi Mati Jika KUHP Ini Berlaku - 14 February 2023 | 6:52 AM
- Berada di Medan, Jokowi Ungkapkan Beberapa Rencana Kedepan - 12 February 2023 | 10:19 AM
Internasional
Generasi Z Ajak Kolaborasi ASEAN dan Jepang Bisa Dimanfaatkan Untuk Ekonomi di Masa Datang

Telegraf – Kadin Indonesia bekerja sama dengan Jetro dan ASEAN-BAC mengadakan acara bertajuk “ASEAN-Japan CO-CREATION CO-INNOVATION” di Hotel Pullman, Jakarta (22/02/2023).
Salah satu fokus dari acara ini, ada topik diskusi dari generasi Z sebagai masa depan bergerak ekonomi yang akan datang.
Keanu Sumawinata selaku perwakilan generasi Z yang ikut serta dalam acara ini memberikan pandangannya.
“Bagaimana kita tahu ASEAN dan Jepang merupakan patner terbesar bagi anak-anak Indonesia,” ujarnya.
Dia menambahkan bahwa di era saat ini anak muda perlu mempersiapkan dirinya untuk bersaing dengan yang lain untuk mendapatkan suatu pekerjaan.
“Anak-anak muda ini akan membutuhkan suatu skil yang tinggi karena kompetitif sangat besar pekerjaan dari mana saja,” terangnya
Dia juga berharap bahwa acara ini menjadi ajang kolaborasi antara ASEAN dan Jepang untuk mendapatkan ide-ide terbaru yang bisa berguna dimasa yang akan datang.
“Saya harap semua pembicara disini dapat memberikan ide-ide baru di acara ini ada manfaatnya.” pungkasnya.
- Menkominfo Johnny Plate Diperiksa Kejagung Terkait Kasus Korupsi BTS - 14 February 2023 | 3:39 PM
- Ferdy Sambo Bisa Lolos Dari Eksekusi Mati Jika KUHP Ini Berlaku - 14 February 2023 | 6:52 AM
- Berada di Medan, Jokowi Ungkapkan Beberapa Rencana Kedepan - 12 February 2023 | 10:19 AM
Internasional
Babak Demi Babak Permainan Vladimir Putin di Ukraina

Telegraf – Pertanyaan bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin tengah memasuki babak akhir dari era kekuasaannya sudah mengemuka sejak hari pertama Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022 lalu.
Pertanyaan itu muncul lagi setelah Ukraina merebut kembali hampir 20 persen wilayahnya yang diduduki Rusia, termasuk Donbas di Timur dan Kherson di Selatan.
Bahkan tak lama setelah Putin menyatukan empat wilayah Ukraina ke dalam wilayah Rusia melalui referendum kontroversial bulan lalu, pasukan Ukraina merebut kembali sejumlah tempat strategis.
Keempat wilayah yang menggelar referendum itu yakni Luhansk dan Donetsk di Ukraina Timur, serta Kherson dan Zaporizhzhia di Ukraina Selatan.
Di empat wilayah ini elemen-elemen gerilya Ukraina meneror sejumlah pihak yang dianggap kolaborator Rusia dan membantu pasukan Ukraina dalam mengidentifikasi posisi-posisi militer Rusia di belakang garis tempur.
Sehari setelah Putin menyampaikan pidato aneksasi empat wilayah Ukraina pada 30 September, militer Ukraina merebut lagi kota Lyman di Donetsk yang menjadi jalur logistik perang yang sangat penting. Beberapa hari kemudian sejumlah sudut Kherson juga jatuh ke tangan Ukraina.
Perkembangan ini membuat sejumlah kalangan di Rusia marah kepada militernya.
Tokoh-tokoh yang menjadi tangan kanan Putin seperti Presiden Chechnya Ramzan Kadyrov, pendiri tentara bayaran Wagner Group Yevgeny Prigozhin, pemimpin media corong pemerintah Margarita Simonyan, dan anggota parlemen Andrei Kartapolov kini secara terbuka berani mengkritik militer Rusia.
Kartapolov meminta jenderal-jenderal Rusia tak berbohong mengenai situasi di medan perang, sedangkan Kadyrov, Prigozhin, dan Simonyan menyebut jenderal-jenderal Rusia tak becus memimpin pasukan.
Puncak kemarahan terjadi manakala Jembatan Kerch yang menghubungkan antara Rusia Selatan dengan Krimea disabotase sampai rusak parah sehari setelah Putin berulang tahun pada 7 Oktober.
Jembatan itu adalah simbol aneksasi Krimea ke dalam wilayah Rusia dan aset strategis militer Rusia karena menjadi jalur logistik perang yang sangat penting di mana ribuan ton alat perang dari distrik militer Rusia melintasi jembatan ini menuju Krimea dan kemudian Kherson.
Menyusul serangan ke jembatan yang diresmikan oleh Putin pada 15 Mei 2018 itu, kepala dewan keamanan Ukraina, Oleksiy Danilov, memposting jembatan itu disertai video Marilyn Monroe menyanyikan “Happy Birthday, Mr President”.
Sebaliknya di Rusia, tokoh-tokoh garis keras menyeru Putin agar membalas serangan ke Jembatan Kerch dengan membom bangunan-bangunan penting di Ukraina dan pusat-pusat komando, apalagi sekutu Putin yang juga mantan presiden Rusia, Dmitry Medvedev, pernah menyatakan jika Krimea diserang maka Ukraina harus dihancurleburkan.
Putin mau tak mau menuruti kritik orang-orang kepercayaannya itu. Dan langkah pertama yang dia lakukan adalah menunjuk Jenderal Sergei Surovikin untuk memimpin keseluruhan “operasi khusus” di Ukraina.
Pergerakan Yang Otonom
Sejak awal invasi, pasukan Rusia tak pernah terkoordinasi dalam satu komando mengingat lima divisi yang terlibat dalam perang Ukraina semuanya bergerak otonom.
Kini keadaan itu berubah setelah Surovikin yang terkenal brutal ditunjuk sebagai panglima yang membuat semua operasi militer berada dalam satu komando.
Sekarang, di bawah Surovikin, pasukan Rusia di Ukraina satu komando dengan merancang dan mengarahkan operasi militer secara terpusat.
“Namun ini juga sinyal bahwa mulai saat ini operasi akan dipusatkan ke satu wilayah tertentu. Mungkin Luhansk, mungkin Donetsk, mungkin Selatan. Yang pasti kita sekarang melihat menyusutnya operasi Rusia,” kata Alexandre Vautravers dari Swiss Military Review dilansir dari Aljazeera.
Tak lama setelah Putin menunjuk Surovikin, sejumlah kota di Ukraina termasuk ibu kota Kiev dihujani rudal Rusia.
Putin menyatakan serangan rudal ini balasan untuk serangan di Jembatan Kerch.
Putin agaknya berusaha membunuh hasrat berperang Ukraina, tetapi sejarah mencatat strategi bombardemen membabi buta seperti itu tak pernah bisa memadamkan api perlawanan.
Pasukan Ukraina sendiri bergeming. Mereka fokus mengusir Rusia dari semua wilayah Ukraina.
“Semua yang ilegal harus dihancurkan, semua yang dicuri harus dikembalikan kepada Ukraina, semua pendudukan Rusia harus diusir,” kata Penasihat Presiden Ukraina, Mykhailo Podolyak.
Serangan rudal Rusia itu juga mengisyaratkan semakin sedikitnya opsi serang Rusia yang diyakini telah kehilangan banyak sumber daya perang, baik personel maupun alat perang.
Namun yang menarik dari semua itu adalah perdebatan di lingkaran dalam kekuasaan Putin yang akhirnya tersingkap ke publik.
Sebelum ini, perbedaan internal dalam rezim Putin ditutup rapat-rapat sehingga menyembunyikan adanya faksi-faksi dalam lingkaran kekuasaannya.
Kini, lingkaran terdalam Putin yang didominasi tokoh-tokoh berlatar intelijen dan militer yang biasa disebut Siloviki pimpinan Menteri Pertahanan Sergei Shoigu dan Panglima Angkatan Bersenjata Rusia Jenderal Valery Gerasimov, terlihat tak lagi sekuat dulu.
Mereka terus dikritik orang-orang dekat Putin lainnya yang non Siloviki dan bukan bagian sistem kekuasaan formal Rusia.
Entah ini baik atau tidak untuk strategi perang Rusia di Ukraina yang membutuhkan kesatuan sikap, internal kekuasaan Putin yang tak lagi padu bisa mempengaruhi keputusan di medan perang karena elite pengambilan keputusan perang sudah terpecah.
Kekalahan demi kekalahan telah membuat mereka tak lagi bisa lagi menyembunyikan persaingan di dalam lingkaran kekuasaan Putin.
Sekutu Jaga Jarak
Kekalahan juga membuat beberapa sekutu penting Rusia seperti China dan India menjaga jarak, yang belakangan meminta Rusia segera mengakhiri perang karena mungkin secara tidak langsung telah menggerogoti perekonomian mereka.
Pun demikian dengan tetangga-tetangga Rusia di Asia Tengah dan Kaukasia yang pernah menjadi satelit Uni Soviet, termasuk Uzbekistan, Azerbaijan dan Kazakshtan.
Kazakhstan yang memiliki perbatasan darat yang panjang dengan Rusia dan memiliki penduduk etnis Rusia dalam jumlah besar, menegaskan tak akan mengakui pemisahan diri wilayah-wilayah Ukraina yang diduduki Rusia.
Kazakhstan merasa skenario Ukraina bisa terjadi pada mereka, mengingat negeri ini juga berbatasan langsung dengan Rusia dan memiliki daerah-daerah berpenduduk mayoritas etnis Rusia seperti terjadi pada Ukraina.
Sementara itu, kemunduran dalam medan perang menjadi kabar buruk bagi rakyat Rusia, apalagi Putin sudah memobilisasi massa yang ditentang sebagian rakyatnya sampai ratusan ribu orang lari ke luar negeri demi menghindari wajib militer.
Situasi dapat menjadi lebih buruk lagi jika mobilisasi massa malah membuat korban perang semakin besar, apalagi jika Rusia terburu-buru menggelarkan pasukan cadangan hasil mobilisasi ini.
Mobilisasi sekiranya dapat membalikkan pendulum perang di Ukraina sehingga menyelamatkan pamor Putin, tapi juga bisa membuat bumi Rusia makin sering dikirimi peti jenazah serdadu mereka dari medan perang Ukraina.
Jika yang terakhir ini yang terjadi, maka Putin bisa mengulangi nasib Uni Soviet saat menduduki Afghanistan pada 1979-1989.
Menjelang akhir pendudukan Soviet di Afghanistan terjadi gelombang protes dari para ibu prajurit-prajurit Soviet yang diterjunkan ke Afghanistan. Ini mirip dengan rangkaian protes yang menentang mobilisasi parsial saat ini.
Keadaan seperti itu, ditambah kemunduran di medan perang, lingkaran dalam yang sudah tak akur, dan sikap sekutu-sekutu penting Rusia yang mulai menjaga jarak, bisa membuat peruntungan perang menjadi kian tidak berpihak kepada Rusia yang akhirnya bisa mempersulit posisi Putin sampai ada yang beranggapan presiden Rusia ini tengah mengawali akhir dari era kekuasaannya.
- Menkominfo Johnny Plate Diperiksa Kejagung Terkait Kasus Korupsi BTS - 14 February 2023 | 3:39 PM
- Ferdy Sambo Bisa Lolos Dari Eksekusi Mati Jika KUHP Ini Berlaku - 14 February 2023 | 6:52 AM
- Berada di Medan, Jokowi Ungkapkan Beberapa Rencana Kedepan - 12 February 2023 | 10:19 AM
Internasional
Resmi Putin Umumkan Pencaplokan Empat Wilayah Ukraina

Telegraf – Presiden Rusia, Vladimir Putin, secara resmi mengumumkan pencaplokan empat wilayah Ukraina ke Rusia.
Berbicara dalam upacara di Kremlin pada Jumat, Putin mengatakan referendum yang berlangsung “hasilnya diketahui, orang-orang membuat pilihan mereka.”
Putin juga mengatakan dia tidak ragu bahwa Parlemen Rusia, Duma, akan mendukung pembentukan empat wilayah baru di Rusia ini.
“Donetsk, Kherson, Luhansk, Zaporizhzhia menggunakan hak mereka untuk menentukan nasib sendiri, yang diabadikan oleh PBB,” katanya.
Putin juga mengatakan Moskow siap untuk kembali ke negosiasi damai dengan Kiev tetapi tidak akan mencabut hasil referendum.
Ia katakan, penduduk di empat wilayah Ukraina tersebut sekarang “menjadi warga negara Rusia selamanya.” Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan lebih dari 98 persen orang yang tinggal di wilayah Ukraina mendukung bergabungnya ke Rusia.
Pada 23-27 September 2022, wilayah separatis Ukraina di Donetsk dan Luhansk serta bagian Zaporizhzhia dan Kherson yang dikuasai Rusia mengadakan referendum untuk bergabung dengan Rusia.
Referendum itu dikutuk komunitas internasional, dengan negara-negara Eropa dan Amerika Serikat menyebutnya “palsu” dan tidak akan diakui.
- Menkominfo Johnny Plate Diperiksa Kejagung Terkait Kasus Korupsi BTS - 14 February 2023 | 3:39 PM
- Ferdy Sambo Bisa Lolos Dari Eksekusi Mati Jika KUHP Ini Berlaku - 14 February 2023 | 6:52 AM
- Berada di Medan, Jokowi Ungkapkan Beberapa Rencana Kedepan - 12 February 2023 | 10:19 AM
Internasional
Ratu Elizabeth II Meninggal Dunia di Balmoral

Telegraf – Ratu Elizabeth II wafat di usia 96 tahun pada saat masih dalam perawatan dan ditemani oleh sebagian anggota keluarga di Kastil Balmoral, Skotlandia pada Kamis (08/09/2022) sore waktu Inggris, menurut pernyataan resmi Istana Buckingham.
“Ratu meninggal dengan tenang di Balmoral sore ini,” bunyi pernyataan Istana Buckingham yang di uggah kedalam cuitan twitter resmi Teh Royal Family.
The Queen died peacefully at Balmoral this afternoon.
The King and The Queen Consort will remain at Balmoral this evening and will return to London tomorrow. pic.twitter.com/VfxpXro22W
— The Royal Family (@RoyalFamily) September 8, 2022
Ia sendiri memang sedang dalam pemantauan intensif dari tim dokter di Istana Buckingham.
Ratu Elizabeth II juga direkomendasikan agar lebih banyak istirahat daripada menghadiri sejumlah acara.
Di tengah kondisi kesehatan yang memburuk itu, sejumlah pejabat Inggris ramai-ramai menyampaikan harapan baiknya.
Diketahui, PM Inggris yang baru terpilih misalnya, yang baru-baru ini menemuinya sebelum dilantik sebagai PM, Liz Truss, mengkhawatirkan kondisi Ratu Elizabeth II. Sementara itu, ketua Majelis Rendah Lindsay Hoyle juga menyampaikan harapan terbaiknya untuk Elizabeth.
Ratu Elizabeth II lahir pada 21 April 1926 di Bruton Street, London. Ia merupakan istri Pangeran Philip.
Wafatnya Ratu Elizabeth II itu mengakhiri masa kepemimpinannya selama 70 tahun dan sekarang putra sulungnya, Charles, otomatis akan naik takhta menjadi Raja Inggris.
Masa kepemimpinan Ratu Elizabeth II dimulai sejak 1952 yang menjadikannya sebagai penguasa monarki terlama di Inggris. Ketika itu Elizabeth menggantikan ayahnya, Raja George VI yang wafat pada 6 Februari 1952. Namun, acara penobatan Ratu Elizabeth II baru dilakukan di Westminster Abbey pada tahun berikutnya.
Masa kepemimpinan Ratu Elizabeth II bahkan tujuh tahun lebih lama dari Ratu Victoria.
Ratu Elizabeth II meninggalkan keluarga besar yang pada April 2021 juga berkabung atas wafatnya suami Ratu Elizabeth II, yaitu Pangeran Philip.
Ratu Elizabeth II dan Pangeran Philip, mempunyai empat anak yaitu, Charles, Anne, Andrew, dan Edward, dan delapan orang cucu. Selain itu, Ratu Elizabeth II juga memiliki 12 orang cicit.
Dengan wafatnya Ratu Elizabeth II dan naiknya Charles sebagai raja baru Inggris, Pangeran William naik menjadi pewaris pertama takhta kerajaan pada usia yang baru 40 tahun.
Kondisi tersebut membuat Raja Charles kemudian memberikan keterangan resmi untuk pertama kalinya sejak menjadi Raja mengenai ibunya, Ratu Elizabeth II yang meninggal dunia.
Raja Charles III mengatakan hal itu jadi kesedihan amat mendalam baginya dan seluruh keluarga.
“Meninggalnya Ibunda tercinta, Yang Mulia Ratu, merupakan momen kesedihan terbesar bagi saya dan seluruh anggota keluarga saya,” kata Raja Charles III.
________________________________________________________________
- Menkominfo Johnny Plate Diperiksa Kejagung Terkait Kasus Korupsi BTS - 14 February 2023 | 3:39 PM
- Ferdy Sambo Bisa Lolos Dari Eksekusi Mati Jika KUHP Ini Berlaku - 14 February 2023 | 6:52 AM
- Berada di Medan, Jokowi Ungkapkan Beberapa Rencana Kedepan - 12 February 2023 | 10:19 AM
Internasional
Gantikan Boris, Mary Elizabeth ‘Liz’ Truss Jadi Perdana Menteri Inggris

Telegraf – Mary Elizabeth Truss atau Liz Truss resmi menjadi perdana menteri baru Inggris, dalam audiensi dengan kepala negara Ratu Elizabeth II pada Selasa (06/09/2022) setelah pengunduran diri Boris Johnson. Mantan menteri luar negeri berusia 47 tahun itu terlihat dalam foto resmi berjabat tangan dengan pemimpin monarki, untuk menerima tawaran membentuk pemerintahan baru dan menjadi perdana menteri ke-15 dalam 70 tahun pemerintahannya.
Upacara simbolis berlangsung di retret Balmoral yang terpencil di Dataran Tinggi Skotlandia, karena Ratu Elizabeth II (96 tahun), dianggap tidak layak untuk kembali ke London karena kesehatan yang buruk.
“Ratu menerima yang terhormat Elizabeth Truss MP hari ini dan memintanya untuk membentuk pemerintahan baru,” kata Istana Buckingham dalam sebuah pernyataan sebagaimana dilansir AFP.
Truss menerima tawaran Ratu Elizabeth II dan mencium tangan saat pengangkatannya sebagai perdana menteri. Terakhir kali penyerahan kekuasaan terjadi di Balmoral adalah pada 1885, ketika ratu Victoria naik takhta. Biasanya, perdana menteri yang keluar dan penerusnya akan bertemu dengan ratu secara bergantian di Istana Buckingham di pusat kota London.
Tradisi Itu hanya diadakan sekali di luar London sejak 1952, ketika Winston Churchill bertemu ratu baru di Bandara Heathrow setelah kematian ayahnya, raja George VI.
Liz Truss, dipilih sebagai ketua umum Partai Konservatif dan sekaligus perdana menteri, untuk menggantikan Boris Johnson yang lengser diterpa skandal. Dia mengungguli pesaingnya, Rishi Sunak, dengan perolehan suara 57 melawan 43 persen.
Hasil kontestasi internal itu menempatkan Truss sebagai perempuan ketiga yang pernah memimpin Inggris, setelah Thatcher antara 1979-1990 dan Theresa May, yang menjabat antara 2016 dan 2019.
Dia mampu meyakinkan anggota Partai Konservatif lewat pengurangan pajak dan dukungan total terhadap Ukraina dalam perang melawan Rusia. Truss berjanji mendorong kerja sama antara negara-negara demokratis di bawah “jejaring kebebasan”
Bagi oposisi, kebijakan konservatif yang akan diajukan Truss tidak akan membantu Inggris menanggulangi krisis ekonomi akibat pandemi dan Brexit.
Meski begitu, Mark Littlewood, seorang tokoh liberal yang berteman dengan Truss sejak lama, meyakini sang pemimpin baru berpandangan lebih moderat ketimbang “kaum konservatif radikal,” yang serupa Thatcher, “ingin mengakhiri campur tangan negara,” yakni pemberian subsidi atau bantuan sosial lainnya.
“Saya memprediksi akan banyak petasan dan kontroversi, tapi juga banyak tindakan,” kata dia.

Ratu Inggris Elizabeth II, kiri, menyambut Liz Truss selama audiensi di Balmoral, Skotlandia, di mana ia mengundang pemimpin Partai Konservatif yang baru terpilih untuk menjadi Perdana Menteri dan membentuk pemerintahan baru, Selasa, 6 September 2022. AP Photo/Jane Barlow
Tokoh Kanan Berwatak Kiri
Lahir di Oxford, tahun 1975, Mary Elizabeth Truss, besar di keluarga kiri yang dikenal degan sikap anti-nuklir dan anti-Thatcher. Di masa kecil, dia berulangkali mengikuti demonstrasi menentang perdana menteri perempuan yang tegas memangkas bantuan sosial itu. Ketika berpidato 2018 silam, Truss mengaku ideologi politiknya baru terbentuk kemudian, ketika dia mulai berdebat dengan orang tuanya yang sosialis di dalam keluarga yang beraliran kiri.
Ironisnya, latar belakang tersebut yang antara lain membuka jalannya menuju Downing Street 10. Karena berbeda dengan tokoh politik lain yang kebanyakan berasal dari sekolah elit berbiaya selangit, Truss mengenyam pendidikan di sekolah umum.
Truss kemudian melanjutkan studinya di Universitas Oxford, di mana dia belajar Ilmu Filsafat, Politik dan Ekonomi. Selama itu dia terlibat aktif berkampanye untuk Partai Liberal Demokrat yang berhaluan tengah. Truss antara lain pernah berdemonstrasi menuntut “legalisasi ganja” dan dekriminalisasi pengguna marijuana. Dia bahkan pernah mewacanakan pembubaran kerajaan Inggris.
Littlewood, yang berteman dengan Truss selama di Oxford, mengingat betapa dia “keras kepala, berdeterminasi tinggi dan vokal. Anda tidak akan bingung menebak posisinya dalam banyak isu,” kata dia. Baru setelah lulus dari Oxford, dia bergabung dengan Partai Konservatif, sebuah keputusan yang menurutnya “tidak populer” di masa itu.
Politik Bermata Dua
Truss sempat bekerja untuk raksasa minyak Belanda, Shell, dan sejumlah perusahaan lain sebelum berkecimpung di politik. Di masa awal, dia banyak membangun koneksi dengan kader lain yang juga berpandangan serupa Thatcher. David Laws, bekas anggota kabinet konservatif Inggris, bahkan menyebutnya sebagai “Thatcher muda berkecepatan tinggi.”
Pada 2014, Truss dipercaya menjabat Menteri Pangan dan Lingkungan. Ketika Inggris menggelar referendum Brexit dua tahun kemudian, awalnya dia mendukung keanggotaan Uni Eropa. Namun sikapnya berubah pasca referendum. Truss malah mencuat sebagai tokoh konservatif yang tidak mengenal kompromi terhadap UE.
Truss, yang diangkat oleh PM Theresa May, juga balik mendukung pesaingnya, Boris Johnson, ketika negosiasi Brexit dengan Uni Eropa menemui jalan buntu pada 2017 silam. Setelah Johnson berkuasa, Truss mendapat posisi sebagai menteri luar negeri, yang diembannya dengan berkeliling dunia meratifikasi perjanjian dagang.
Meski demikian, Uni Eropa yang berharap bahwa Truss akan mendahulukan sikap pragmatis, terpaksa kecewa ketika dia membuat legislasi yang melanggar prinsip dasar perjanjian Brexit antara UE dan Inggris. Akibatnya, Brussels kini menggugat pemerintah di London.
- Menkominfo Johnny Plate Diperiksa Kejagung Terkait Kasus Korupsi BTS - 14 February 2023 | 3:39 PM
- Ferdy Sambo Bisa Lolos Dari Eksekusi Mati Jika KUHP Ini Berlaku - 14 February 2023 | 6:52 AM
- Berada di Medan, Jokowi Ungkapkan Beberapa Rencana Kedepan - 12 February 2023 | 10:19 AM
-
Politika2 weeks ago
Gemini Club: Mohon Doa dan Dukungan Rakyat Untuk Ganjar Pranowo
-
Nasional1 week ago
BEM FE UNJ Soroti Lemahnya Keterbukaan Informasi Publik
-
Ekonomika1 week ago
Laporan Keuangan OJK Raih WTP dari BPK
-
Properti3 weeks ago
Lamudi dan HIPMI Saling Dukung Pengusaha Muda Dalam Akselerasi Digitalisasi Properti
-
Telerasi3 weeks ago
IIGCE 2023: Menciptakan Masa Depan yang Berkelanjutan dengan Mengoptimalkan Sumber Daya Geothermal
-
Corporate3 weeks ago
Beberapa Studi Dalam dan Luar Negeri Menemukan Kandungan Berbahaya dalam Air Minum Kemasan
-
Corporate5 days ago
BNI Serahkan Bantuan Peralatan Outdoor Activity Untuk IMPALA
-
Ekonomika3 weeks ago
Layani Kebutuhan Remitansi WNI, BNI Tokyo Gandeng Co-Branding Remittance Card dengan Garuda Indonesia
-
Nasional2 days ago
Gemini Club Total Kenalkan Ganjar ke Generasi Z
-
Technology2 weeks ago
Ancaman Keamanan Cloud: Menyoroti Risiko dan Tantangan yang Diungkap oleh Palo Alto Networks
-
Ekonomika3 weeks ago
Stabilkan Produksi Minyak yang Disebabkan Gas Lock Pertamina EP Terapkan SADIST
-
Technology6 days ago
Dapatkan Rasa Aman dan Bantuan Hukum dengan Mudah bersama TNOS