Telegraf – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BNI) hingga Agustus tercatat lebih dari Rp658 triliun, mengalami pertumbuhan sebesar 8,8% secara tahunan (YoY).
Hal itu diungkapkan Direktur Utama BNI Royke Tumilaar dalam siaran pers yang di terima redaksi, Kamis (21/9).
“Memasuki semester kedua, kami optimis kredit akan terus tumbuh sesuai dengan target pertumbuhan kredit Perseroan sebesar 7% hingga 9% pada akhir tahun 2023,” katanya.
Ia menerangkan Peningkatan kinerja kredit diikuti oleh pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) yang mencapai lebih dari Rp728 triliun, dengan pertumbuhan sebesar 7,3% YoY. Prospek makro pada paruh kedua tahun ini lebih positif, terutama dari sisi fiskal, dengan potensi peningkatan belanja masyarakat dan pemerintah.
Lanjutnya BNI memiliki pipeline yang kuat di segmen wholesale hingga akhir tahun, yaitu perusahaan blue chip dari beberapa sektor ekonomi yang prospektif dan resilient, termasuk yang fokus pada mendukung green loan, hilirisasi sumber daya alam, dan manufaktur.
Di samping itu, ada juga tren penguatan daya beli masyarakat dan belanja pemerintah sehingga meningkatkan kredit sektor konsumer yang juga diharapkan memberikan efek pengganda ke sektor produktif.
Royke menambahkan kinerja fungsi intermediasi yang sehat hingga Agustus 2023 telah membawa BNI mampu mencatatkan pre-provision operating profit atau PPOP lebih dari Rp23,2 triliun, sehingga laba bersih perseroan saat ini telah mencapai Rp13,71 triliun, tumbuh sebesar 14,9% YoY.
Untuk permodalan Royke meyakinkan dalam kondisi yang sangat kuat, dengan posisi Capital Adequacy Ratio (CAR) berada di level 22,05% per Agustus 2023.