Jakarta, Telegraf – Inflasi Januari 2017 capai 0,97% dengan harga indek konsumen (IHK) sebesar 127,94 penyumbang tertinggi disebabkan oleh Administered price (harga yang diatur pemerintah) 2,57%.
Hal itu disampaikan Suhariyanto Kepala Badan Pusat Setatistik (BPS), di kantornya , Jl Pasar Baru, Jakarta Pusat, Rabu (1/2/17), sumbangan 2,57% dari Administered price Suharyanto menerangkan “kenaikan itu disumbang oleh naiknya biaya administrasi Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK), penyesuaian tarif listrik untuk rumah tangga pada daya 900 Volt Ampere (VA), penyesuaian Bahan Bakar Minyak (BBM) dan rokok”.
Suhariyanto melanjutkan, angka inflasi pada Januari 2017 ini lebih tinggi disbanding dengan januari 2015 dan januari 2016, namun lebih rendah dari 3 tahun lalu yaitu Januari 2014 yang mencapai 1,07%.
Berdasarkan hasil pantauan BPS di 82 kota semua menunjukan adanya inflasi, adapun inflasi tertinggi di kota Pontianak sebesar 1,82% dengan IHK sebesar 137,25 dan inflasi terendah terjadi di Manokwari dengan nilai 0,09% dengan IHK sebesar 122,46.
Menurut kelompok pengeluaran Suhariyanto menjelaskan inflasi tertinggi pada transportasi, komunikasi dan jasa keuangan dengan tingkat inflasi 2,35% dan andilnya adalah 0,43% sehingga menyumbang 44% dari inflasi umum.
Penyebab tingginya itu Suhariyanto mengatakan terdapat beberapa komoditas dan transportasi seperti biaya perpanjangan STNK andil 0,23%, kemudian disusun tarif pulsa ponsel yang andil 0,14% dan bensin karena pemerintah menyesuaikan harga bbm sehingga andilnya 0,08%.
Inflasi tertinggi kedua yaitu pada perumahan, air, listrik, gas dan bahan bakar yang menyumbang inlfasi sebesar 1,09% dan andilnya 0,26%, untuk komoditas penyumbang inflasi adalahkarena ada penyesuaian tarif listrik untuk tarif rumah tangga dengan daya 900 VA yang andil 0,19%, serta yang terakhir adalah perunahan dengan andil 0,04%. (Red)