Connect with us

Teleprofil

Firmanzah Rektor Muda Paramadina

Published

on

Photo Credit: Akdemisi Prof Firmanzah, PhD, rektor muda pengganti Anies Baswedan yang juga mantan stafsus SBY. FILE/Dok/Ist Photo


Telegraf – Dunia akademisi berduka. Rektor Universitas Paramadina Jakarta, Firmanzah meninggal dunia pada Sabtu (o6/o2/2021).

Eks staf khusus (Stafsus) Presiden bidang Ekonomi pada jaman pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) itu dikabarkan tutup usia akibat vertigo yang dideritanya.

Innalillahi wainna ilaihi rojiuun. Telah berpulang Prof Firmanzah. PhD akibat vertigo tadi subuh. Semoga husnul khotimah – tulis politisi Partai Demokrat Andi Arief di akun Twitter pribadinya, Sabtu (06/02/2021).

Akademisi kelahiran Surabaya, Jawa Timur (Jatim), 44 tahun silam itu, akan dimakamkan Sabtu (06/02/-2021), setelah salat Dzuhur. Alamat duka, Taman Parahyangan Golf Jalan Situ Indah Golf Nomor 12, Sentul Selatan, Bogor, Jawa Barat (Jabar).

Diketahui, seperti dihimpun dari Wikipedia, Firmanzah mulai terkenal pada saat usia 32 tahun. Dia berhasil menjadi dekan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (FEUI) periode 2009-2013.

Sebagai akademisi, terpilihnya Fiz, sapaan akrabnya, sebagai dekan menerobos senioritas dalam tubuh UI. Fiz terpilih sebagai dekan pada 14 April 2008. Dia berhasil mengungguli Sidarta Utama dan Arindra A. Zainal.

Terpilihnya Firmanzah sekaligus menjadi sejarah baru sebagai dekan termuda yang pernah dimiliki UI. Menurut Fiz, impiannya membawa UI melalui fakultas yang dipimpinnya menjadi kampus modern dan terbuka adalah hal yang mendorongnya ikut mencalonkan diri menjadi dekan FEUI hingga akhirnya ia terpilih.

Sebelumnya, ia juga pernah menjadi Staf Khusus (Stafsus) Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di bidang Ekonomi.

Dan pada 15 Januari 2015, dia akhirnya terpilih sebagai Rektor Universitas Paramadina Jakarta periode 2014-2018, menggantikan Anies Baswedan yang terpilih sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud).

Riwayat Pendidikan

Saat lulus SMA, Firmanzah kuliah di Fakultas Ekonomi UI dan lulus dalam waktu 3,5 tahun.

Ia juga sempat terjun ke dunia asuransi sebagai analis pasar, sebelum memutuskan kembali ke bangku kuliah, setahun kemudian.

Firmanzah mengambil program S-2 di bidang yang sama dan menyelesaikannya dalam tempo waktu dua tahun.

Ia melanjutkan studi di Universitas Lille di Prancis, merupakan momen titik balik Fiz mengenal dunia yang lebih luas.

Firmanzah mendalami bidang strategi organisasi dan manajemen atas beasiswa dari universitas itu.

Ia juga menjalani studinya pada tingkat doktoral dalam bidang manajemen internasional dan strategis di Universitas Pau and Pays De l’Adour, dan selesai tahun 2005.

Karena lulus tercepat di angkatannya, Firmanzah lantas mendapatkan tawaran beasiswa program doktoral dalam bidang manajemen strategis internasional dari University of Pau et Pays de l” Adour dan meraih PhD pada 2005.

Firmanzah juga sempat mengajar setahun di almamaternya, sebelum dipanggil pulang oleh dekan FE UI yang saat itu dijabat oleh Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro.

Tiga tahun berikutnya, ketika Firmanzah berusia 32 tahun, ia terpilih sebagai Dekan ke-14 FE UI periode 2009-2013 yang tercatat sebagai dekan termuda dalam sejarah UI.


Photo Credit: Akdemisi Prof. Firmanzah, PhD, rektor muda Paramadina pengganti Anies Baswedan yang juga mantan stafsus SBY. FILE/Dok/Ist Photo

 

Advertisement
1 Comment

Teleprofil

Runa Maidepa: Ahli Operasi LNG Berdarah Papua yang Berkiprah di Trinidad dan Tobago

Published

on

Runa Maidepa: Ahli Operasi LNG Berdarah Papua yang Berkiprah di Trinidad dan Tobago

TELEGRAF – Jakarta, Indonesia – Kehidupan Runa Maidepa, singkatan dari Reformator Usom Nathaniel Anthonius Maidepa, tampaknya sudah menemukan jalannya. Setelah menjalani magang selama tiga bulan di PT. Freeport Indonesia untuk skripsinya dalam bidang geologi, wajar jika ia berpikir bahwa setelah lulus dari Universitas Gadjah Mada di Yogyakarta pada tahun 2001, ia akan berkarir di perusahaan pertambangan tersebut.

“Direktur di sana sangat ingin saya bergabung dengan mereka karena saat itu tidak ada ahli geologi Papua di Freeport,” ungkap pria berusia 50 tahun itu dalam wawancara baru-baru ini.

Namun, segalanya berubah setelah adik kelasnya di universitas yang juga bekerja di bp (British Petroleum) meneleponnya dan menceritakan tentang kesempatan di sebuah perusahaan minyak dan gas yang akan membuka operasional di kampung halaman ayah Runa, Teluk Bintuni. Keputusan yang diambil Runa setelah menerima panggilan telepon tersebut membawanya bekerja di Trinidad dan Tobago, sebuah negara kepulauan kecil di Laut Karibia.

“Ayah saya berasal dari Distrik Idoor di Teluk Bintuni, dan masih banyak paman dan sepupu saya yang tinggal di Babo. Jadi saya merasa mereka pasti akan bangga jika saya bekerja di Teluk Bintuni,” katanya, sambil menambahkan bahwa ia juga merasa bertanggung jawab untuk membantu perkembangan daerahnya.

Pada awal tahun 2000, bp secara aktif merekrut penduduk asli Papua untuk dilatih sebagai operator di kilang LNG Tangguh yang saat itu sedang dikembangkan. Pada tahun 2002, Runa adalah salah satu dari delapan orang Papua dalam Batch 3 yang menjalani pelatihan intensif sebagai operator trainee dalam Program Pelatihan Pengembangan Papua.

Selama dua setengah tahun pelatihan tersebut, Runa dan rekan-rekannya dilatih untuk bekerja dalam operasional fasilitas bp di Laut Jawa, di mana ia bekerja di Bravo Central Station (BCS).

“Setelah itu, saya ditawari posisi sebagai ahli geologi di tim Eksplorasi – tetapi saya hanya bertahan kurang dari dua bulan sebelum meminta kembali ke operasional,” kata Runa sambil tertawa. Ternyata, setelah bekerja di BCS, ia merasa pekerjaan di operasional jauh lebih menarik.

Tak lama setelah Tangguh LNG mendapatkan keputusan investasi akhir pada tahun 2004, Runa dan trainee lainnya dikirim untuk belajar menjadi operator kilang LNG di PT. Badak NGL yang terletak di Bontang, Kalimantan Timur, di mana mereka tinggal selama dua setengah tahun. Pada tahun 2006, saat konstruksi Tangguh sudah jauh lebih maju, Runa, sebagai bagian dari tim Gas Production Facility (GPF), dikirim ke Tangguh untuk membantu persiapan kedatangan anjungan VRB yang baru dibangun di Cilegon, Jawa Barat.

“Pengalaman yang paling berkesan bagiku adalah saat pertama kali saya mengalirkan gas dari sumur VRB-01. Sejak bekerja di Offshore North West Java, saya selalu bermimpi tentang saat-saat ketika Tangguh memiliki fasilitas lepas pantai dan saya menjadi orang pertama yang mengoperasikan sumurnya,” ujar Runa.

Tangguh mulai beroperasi pada tahun 2009, dan sejak itu, Runa memainkan berbagai peran mulai dari teknisi lapangan, operator ruang kontrol, pengawas sumur, hingga menjadi manajer instalasi lepas pantai dan pemimpin tim pasokan gas yang bertanggung jawab atas anjungan dan fasilitas penerima di darat.

Minat Runa terhadap posisi di bp Trinidad dan Tobago (BPTT) muncul saat ia masih menjadi area operations manager di Tangguh, yang juga menjadi mentornya. Mentornya itu menyebutkan kemungkinan adanya peluang di BPTT. Sebelumnya, Runa memang telah mencantumkan minatnya dalam rencana pengembangan diri untuk penugasan internasional. Dengan proyek pengembangan Tangguh yang sedang berlangsung, Runa melihat kesempatan yang tepat untuk mengambil langkah tersebut.

Runa mulai bekerja di BPTT pada bulan Juli 2016 sebagai operations team leader yang memimpin tim di berbagai anjungan, dengan anggota multinasional yang berjumlah antara delapan hingga 10 orang, tidak termasuk kontraktor. Ia juga menghabiskan sebagian waktunya bekerja di kantor BPTT di Queen’s Park, Port of Spain.

“Hal yang paling sulit adalah bahasa. Orang-orang di sana berbahasa Inggris, tetapi dengan aksen yang sangat kental yang mereka sebut ‘Trini-English’. Mereka juga sering memperpendek kata-kata, mirip dengan yang dilakukan orang Papua, sehingga sulit bagi orang luar untuk memahaminya,” katanya. “Sering kali saya bercanda, mengatakan kepada mereka ‘you’re not using the proper English, man’.” Namun, selain bahasa, Runa tidak merasakan kesulitan lain karena orang-orang di Trinidad dan Tobago juga menyukai makanan nasi.

Tugas Runa di BPTT berlangsung hingga tahun 2018, dengan rotasi kerja setiap empat minggu. “Saya suka ketika ada banyak pekerjaan yang harus dilakukan. Waktu terasa berlalu dengan cepat, dan tiba-tiba sudah waktunya pulang. Jika memiliki banyak waktu luang, saya merasa berat karena waktu terasa melambat,” ujarnya.

Saat ini, Runa telah kembali bekerja di Tangguh LNG sebagai project operations site manager. “Hidup saya penuh berkah. Saya diberkati dengan keluarga saya dan diberkati dengan kesempatan bertemu dengan orang-orang yang berperan penting dalam hidup saya, mulai dari saat saya muda hingga sekarang. Anda selalu dapat belajar dari orang-orang yang Anda temui,” kata Runa.

Bagi generasi muda Papua, ia memberikan pesan bahwa tidak ada cara lain untuk maju dalam hidup selain dengan belajar secara terus-menerus. “Tidak ada jalan lain. Bahkan sekarang, dalam pekerjaan, kita masih terus menjalani pelatihan. Selalu ada hal baru yang harus dipelajari,” katanya.

Terutama bagi mereka yang ingin bergabung dengan industri minyak dan gas, Runa memberikan pesan, “Ini adalah industri berisiko tinggi yang membutuhkan orang-orang yang berkomitmen dan memiliki keterampilan tinggi. BP memiliki standar yang tinggi, dan satu-satunya cara untuk memenuhi standar tersebut adalah dengan tekun belajar.”

“Jika Anda mendapatkan kesempatan, jangan sia-siakan, karena kesempatan emas seperti itu tidak akan datang dua kali. Jika Anda ragu sejak awal, lebih baik beri kesempatan kepada orang lain. Industri ini membutuhkan orang-orang yang bekerja keras dan profesional.”


Catatan editor:

  • Proyek Tangguh LNG telah beroperasi di Teluk Bintuni, Papua Barat sejak tahun 2009. Hingga saat ini, Tangguh telah memproduksi lebih dari 1.500 kargo LNG dan menjadi produsen LNG terbesar di Indonesia.
  • 99% dari pekerja operasi Tangguh LNG adalah orang Indonesia, dan 72% di antaranya berasal dari Papua dan Papua Barat. Tangguh telah berkomitmen untuk mempekerjakan 85% pekerja asal Papua dan Papua Barat pada tahun 2029, sesuai dengan dokumen Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL).
  • Beberapa program telah diluncurkan untuk memastikan Tangguh memenuhi komitmen tersebut, termasuk program pemagangan teknisi Tangguh. Saat ini, lebih dari 110 pemuda dan pemudi asal Papua dan Papua Barat bekerja di Tangguh sebagai teknisi bersertifikat internasional.

Continue Reading

Teleprofil

Kompol Andri Kurniawan Bongkar Sindikat Narkoba Raih Pin Emas

Pernah mengisi jabatan sebagai Kasat Reskrim Polres Bintan pada 2014, Kasat Reskrim Polres Tanjungpinang pada 2015 dan Kasat Rekrim Polresta Barelang tahun 2017 hingga saat ini. Semua merupakan Polres yang ada di Polda Kepri.

Published

on

Kompol Andri Kurniawan


Telegraf – Figurnya ramah dan cepat akrab kepada siapapun. Kompol (Komisaris Polisi) Andri Kurniawan adalah sosok polisi santun dan sangat melayani kepada setiap warga. Penugasannya sebagai Kepala Satuan Reserse Kriminal (Kasatreskrim) Polresta Barelang, Kepulauan Riau (Kepri) menuntut perwira berpangkat melati satu di pundaknya ini harus presisi.

Itulah yang membuat Kompol Andri Kurniawan harus jeli dalam melihat kasus dan membaca situasi. Sosok ayah dari tiga anak ini sangat humbel sehingga ia mudah berbaur dan sudah tidak asing lagi di telinga masyarakat Kota Batam.

Andri di kalangan warga juga dikenal sebagai polisi pekerja keras serta jeli dalam menangani setiap perkara.

Sejak lulus Akpol pada 2006 lalu, Andri kemudian mengabdikan dirinya sebagai perwira polisi di sejumlah daerah wilayah Tanah Air. Usai lulus PTIK, Andri kemudian ditugaskan di Polda Kepri.

Bermodalkan ilmu yang ia dapat selama masa pendidikan, Andri lebih dominan bertugas di satuan reserse. Tak heran, selama berada di Polda Kepri, dia sudah tiga kali menjabat sebagai Kasat Reskrim Polresta Barelang.

Ia pernah mengisi jabatan sebagai Kasat Reskrim Polres Bintan pada 2014, Kasat Reskrim Polres Tanjungpinang pada 2015 dan Kasat Rekrim Polresta Barelang tahun 2017 hingga saat ini. Semua merupakan Polres yang ada di Polda Kepri.

Menurut Andri, jabatan yang dipercayakan saat ini kepada dirinya merupakan sebuah amanah yang harus dirinya jalani. Dengan bekerja secara sungguh-sunggung sejumlah kasus besar sering berhasil diungkapnya.

“Alhamdulilah, ini merupakan sebuah amanah yang diberikan kepada saya. Kita hanya bekerja dengan sebaik-baiknya,” sebut Andri low profile.

Menjadi Seorang Polisi menurut Andri merupakan pekerjaan mulia. Apa yang dilakukan hari ini pasti akan mendapat balasan dilain waktu.

Selama berkarir di Polresta Barelang banyak kasus besar di ungkap oleh Kompol Andri Kurniawan bersama rekan-rekannya.

Seperti kasus pembunuhan yang mayatnya ditemukan di Tiban. Para pelaku diburu tim hingga ke Medan dan Surabaya.

Begitu juga berupa kasus kejahatan menonjol di Batam seperti Curas, Curanmor dan Curat. Selama di Batam, ia sudah beberapa kali mengungkap kasus kejahatan kriminalitas. Dari aksi curat, curas hingga kasus pembunuhan.

Terbaru, ia mengungkap kasus pembunuhan seorang Qui Hong yang merupakan wanita paruh baya di Kota Batam.

Pengungkapan kasus ini dari hasil kejelian Andri selaku Kasat Reskrim Polresta Barelang melihat kasus tersebut.

Kecurigaan Andri awalnya setelah melihat hasil Visum yang terjadi di tubuh Qui Hong. Sejumlah luka memar membuat Andri curiga dan langsung menganalisanya.

“Awalnya ada memar dan patah tulang di leher. Dari sana kita curiga dan akhinya melakukan penyelidikan,” sebut Andri.

Padahal menurut Andri, keluarga korban mengira Qui Hong meninggal wajar saja.

Setelah mengumpulkan sejumlah saksi, Andri memerintahkan anggotanya untuk mendalami CCTV. Alhasil, kurang dari 24 jam, pelaku bisa dibekuk saat hendak melarikan diri.

Andri juga paling jeli melihat kasus kekerasan terhadap anak. Karena kesuksesannya, Satreskrim yang dia pimpin mendapatkan penghargaan dari KPPAI.

Tidak sampai di sana, ia juga mendapat penghargaan Pin Emas hingga dua kali dari Kapolri Jenderal Tito Karnavian. Pin Emas tersebut diberikan atas keberhasilan Kompol Andri dan rekannya mengungkap dan menangkap jaringan narkoba internasional di laut.

Kendati bertugas di Satreskrim, ternyata dia juga membantu rekannya di satuan Narkoba.

“Kita bantu juga menangani kasus narkoba, dan Alhamdulilah diberikan Pin Emas oleh Pak Kapolri Tito Karnavian saat itu,” ungkap Kompol Andri Kurniawan.

“Doakan saja saya tetap amanah dan bisa memberikan pelayanan terbik untuk masyarakat,” pungkasnya. (**)


 

Continue Reading

Teleprofil

Arman Yurisaldi Saleh, Dokter Spesialis Saraf Yang Nyeni

Published

on



Teleperson – Di mana bumi dipijak, di sana langit dijunjung. Inilah pepatah lama yang kerap dilupakan oleh banyak generasi. Tradisi dianggap sebagai batu sandungan, dekadensi moral, dan penghambat kemajuan teknologi dan pengetahuan. Tragis. Namun berbeda dengan seorang dokter ahli saraf yang sangat berbeda memdang tradisi. Arman Yurisaldi Saleh, menjadi seorang dokter spesialis saraf, bukan berarti membuatnya harus berhenti mencintai dan menikmati tradisi dan budaya Indonesia. Masa kecilnya yang dihabiskan di Bali, pulau kaya tradisi, membuatnya tidak asing dan tidak anti dengan berbagai tradisi unik dan budaya yang ada. Meski begitu, pria kelahiran Malang ini juga tentu tak lupa soal pengabdiannya sebagai seorang dokter.

Hal ini dibuktikan oleh penerbitan dua bukunya yang paling anyar yaitu “Kombinasi 14 sayur dan buah Mentah untuk Mengatasi Depresi Ringan dan Sedang pada Lansia” dan “Sukses ujian SOCA (Student Oral Case Analysis) Neurobehaviour System.” Kedua bukunya itu sangat kental dengan dunia kedokteran dan dunia kesehatan. Dr. dr. Arman Yurisaldi Saleh, MS., Sp.S. juga mengabdi khususnya dalam pelayanan terkait saraf seperti Dementia Management, Pengobatan Migrain, Bell’s Palsy, Stroke, Parkinson, Epilepsi, dan Pain Intervension. Putra dari Wakil Ketua Mahkamah Agung (2013-2016) ini juga aktif mengajar di FK UPN Veteran Jakarta dan fokus pada Neurobehaviour khususnya aspek bela negara dalam mengadapi radikalisme dan terorisme, dengam penguatan kepribadian dan budaya bangsa serta bidang “pain intervention”.

Arman Yurisaldi Saleh. FILE/Telegraf

Menyoal pada kecintaannya terhadap tradisi dan budaya, dokter lulusan Universitas Indonesia ini memandangnya sebagai ketawadhukan atau kerendah-hatian seorang anak pada orang tua. Bahkan ia menyadari keberadaannya sekarang adalah buah dari orang tua dan leluhurnya masa dulu, juga para tokoh, para ulama, dan para pahlawan. “Kita bisa menikmati kemerdekaan seperti sekarang ini dari jasa-jasa beliau itu,” ungkapnya. Walhasil, tardisi tabur bunga di taman makam pahlawan atau nyadran dalam tradisi Jawa menjadi sebuah titik kesadaran manusia untuk selalu mengingat kemana masa depannya nanti. Inilah buah perjalanannya, dr. Arman banyak menemukan makna spiritual pitutur dan filosofi dari berbagai tradisi dan budaya.

Pria yang mengambil pendidikan doktornya di Universitas Airlangga ini juga menaruh perhatian pada tradisi laku ritual sesaji sebagai sebuah ritus tradisi atau budaya yang harus tetap dijaga untuk menyadarkan tentang keharmonisan alam, manusia, dan Tuhan. Dalam benak orang yang gagap tradisi, tentu mendengar istilah sesaji mungkin akan terbayang semua ritual mistis yang menyesatkan. Sesungguhnya, jauh di luar itu, sesaji atau sedekah adalah upaya manusia untuk memunculkan eksistensinya sebagai manusia, khalifah di muka bumi. “Sesaji adalah implemetasi keharmonisan dan keseimbangan alam. Bahkan dalam beberapa penelitian tentang sesaji dan sedekah menunjukkan bagaimana manusia berusaha menjaga alam yang selalu memberikan banyak manfaat bagi manusia. Bahkan, kajian ini telah menjadi bahas tesis atau disertasi di berbagai perguruan tinggi loh.”

Tidak banyak kita bisa mengenal seorang ahli science (kedokteran) yang mampu mengelaborasikan tradisi dan ilmu pengetahuan modern. Menilik berbagai kisah masa lalu, tentu kita akan banyak disuguhi berbagai peristiwa heroik dalam hal pengorbanan atau sesaji. Tengok saja peristiwa anak Nabi Adam AS, Qabil dan Habil hingga kisah Nabi Ibrahim AS yang harus mengobrakan anaknya, Nabi Ismail AS.Peristiwa inilah yang selanjutkan dihormati oleh orang muslim dengan merayakan hari raya Idul Adha atau hari raya Qurban.

Membicarakan tradisi, membuat kita semakin bisa memahami bagaimana seharusnya menjadi seorang manusia yang memanusiakan manusia, menuhankan Tuhan dan mengalamkan alam. Kecintaannya pada tradisi dan kebudayaan, bagi Pria yang telah mematenkan puluhan karyanya ini, khususnya budaya Jawa tidak pernah ragu dan bahkan bangga.

Arman Yurisaldi Saleh. FILE/Telegraf

”Inilah jatidiri kita, jatidiri bangsa kita,” ucapnya di akhir perbincangan. Ia tunjukkan beberapa foto kenangannya ketika mengenakan setelan jas beskap Jawa lengkap dengan blangkon. Pakaian adat menjadi simbol tentang keragaman Indonesia. Turut berbusana adat berarti berusaha menguatkan identitas kebangsaan. Mencintai tradisi budaya adalah wujud kebanggan pada negeri sendiri.

“Cintailah Indonesia dengan mencintai tradisimu,” ungkapnya. “dan, jadilah hamba dengan mengukuhkan keberadaan Tuhanmu, Tuhan seluruh alam.” pungkasnya. HFZ


Photo Credit: Arman Yurisaldi Saleh. FILE/Telegraf

Continue Reading

Teleprofil

Catatan Anang: Integritas Sosok Ketua MA M. Syarifuddin Teruji

Published

on



“Saya optimis, melihat Ketua MA yang sekarang, cara pandangnya sejalan dengan buah pikir yang sebaik-nya dilakukan oleh bangsa ini,” ujar Komjen (Pol) Anang Iskandar, mantan Kepala Badan Narkotika Nasional (BNN) dan juga mantan dari Bareskrim Polri.

Anang Iskandar memantau pernyataan dan track record Ketua Mahkamah Agung Dr. H.M. Syarifuddin, SH., MH., yang  amanah dan  punya tanggung jawab  besar bagi masa depan lembaga peradilan Indonesia. Dia berjanji akan memenuhi kewajiban sebagai Ketua Mahkamah Agung, dengan sebaik-baiknya dan seadil-adilnya.

Catatan Anang

Adapun catatan Anang, yaitu Dr. Syarifuddin yang juga mantan Wakil Ketua Mahkamah Agung Bidang Yudisial tersebut adalah figur yang komitmen memegang teguh akan Undang-Undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945, serta menjalankan segala peraturan perundang-undangan dengan selurus-lurusnya.

Jabatan sebagai Ketua Kamar Pengawasan pernah di pegang, beliau berjanji akan berbakti kepada Nusa dan Bangsa.  Syarifuddin sendiri mulai meniti karier dengan menjadi hakim di PN Banda Aceh pada 1981. Kemudian ia dipromosikan menjadi Wakil Ketua Pengadilan Negeri Muara Bulian, Jambi.

Jenderal bintang tiga ini melihat Dr Syarifuddin kariernya menanjak menjadi Ketua PN Padang Pariaman, Sumatera Barat. Pada tahun 1999, ia pun kembali ke kampung halamannya dengan menjadi Ketua PN Baturaja.

Seling beberapa waktu, ia kembali dipromosikan menjadi hakim PN Jakarta Selatan Pada Tahun 2006, lanjut dipromosikan menjadi Ketua PN Bandung. Dan tidak butuh lama ia dipromosikan kembali menjadi hakim tinggi pada Pengadilan Tinggi (PT) Palembang.

Awal Mulai Cemerlang Dalam Karier

SyarifuddinDalam Kariernya yang mulai moncer saat menjadi Kepala Badan Pengawas MA. Dimana saat Lembaganya bertugas memelototi para hakim nakal.

Setelah itu, Syarifuddin kembali lolos menuju Mahkamah Agung (MA) dengan menjadi hakim agung pada tanggal 11 Maret 2013. Secara perlahan akhirnya ia menduduki posisi Ketua Muda MA bidang Pengawasan, yang kemudian sejak 2016 ia terpilih menjadi Wakil Ketua MA pada bidang Yudisial.

Diluar karier hakim, saat ini Syafruddin  juga menjadi Ketua Ikatan Alumni UII Yogyakarta, menggantikan Mahfud MD. Pria kelahiran Baturaja, Sumatera Selatan pada 17 Oktober 1954 itu menegaskan tekadnya untuk melanjutkan pembaruan peradilan dan percepatan pencapaian visi mewujudkan badan peradilan Indonesia yang agung.

Anang Iskandar menyebut hakim yang bijak dapat kewenangan justice for health tersebut tanpa sarat dan mengesampingkan apapun tuntutan jaksa, bila terbukti sebagai penyalah guna untuk diri sendiri, hakim wajib memutuskan atau menetapkan penyalah guna untuk menjalani rehabilitasi.

“Beliau sosok hakim profesional yang bekerja dengan mengandalkan hati nurani,” ujar Anang Iskandar menyebut figur Ketua MA yang baru itu.  Peranan hakim sebagai wakil Tuhan di muka bumi untuk memutus sebuah perkara yang ditangani.

Dengan adanya Surat Edaran Mahkamah Agung tentang hal ini, Hakim di seluruh Indonesia juga paham, dalam memutus perkara.

“Bahwa hakim itu diberi kewajiban dan kewenangan Justice For Health,” ujar Anang mengutip  UU juga mewajibkan hakim untuk memperhatikan kewenangan Justice For Health agar penyalah guna dijatuhi sanksi rehabilitasi baik terbukti bersalah maupun tidak terbukti bersalah di pengadilan.

Anang yakin, figur Ketua MA ini merupakan  Hakim Agung yang berpendapat penyalah guna diberikan pemidanaan berupa rehabilitasi, bukan pemidanaan berupa penjara.  Putusan dari UU narkotikanya memberantas pengedar dan menjamin penyalah guna direhab.

Penanggulangan Masalah Narkotika

Politik Hukum NarkotikaUU narkotika dalam menanggulangi masalah narkotika, mewajibkan orang tua untuk menyembuhkan anaknya yang menjadi penyalah guna atau pecandu.

Anang menyebut hakim yang bijak dapat kewenangan justice for health tersebut tanpa sarat dan mengesampingkan apapun tuntutan jaksa, bila terbukti sebagai penyalah guna untuk diri sendiri, hakim wajib memutuskan atau menetapkan penyalah guna untuk menjalani rehabilitasi.

Kewenangan justice for health tersebut tercantum pada pasal 103 yaitu kewenangan dapat menjatuhkan sanksi rehabilitasi.  Relevan dan menjadi kewajiban serta kewenangan hakim karena tujuan UU narkotika adalah menjamin penyalah guna mendapatkan upaya rehabilitasi.

Penyalah guna narkotika secara victimologi adalah korban kejahatan narkotika dimana pelakunya adalah pengedar. Korban kejahatan ini dikriminalkan oleh UU narkotika berdasarkan pasal 127.

“Secara ilmu kesehatan, penyalah guna narkotika adalah penderita sakit adiksi ketergantungan narkotika yang memerlukan penyembuhan melalui proses rehabilitasi,” ujar Anang .

Penyalah guna narkotika kalau tidak segera mendapatkan penyembuhan akan relap atau menjadi residivis, bahkan berdampak buruk dan dapat melakukan perbuatan kriminal diluar kontrol dirinya.

“Saya sedang berupaya membuat janji, untuk memberikan buku saya ini, kepada Dr Syarifuddin, Ketua MA periode  2020-2025,” ujar pria yang berpengalaman dalam bidang reserse ini sekarang menjadi penulis buku dan dosen ini kepada jurnalis MATRA, saat softlaunching buku Politik Hukum Narkotika.


Photo Credit:  Ketua MA M. Syariffuddin. DETIK/Ari Saputra

Continue Reading

Teleprofil

Doni Monardo, Covid-19 dan Rest Area Tol Batang

Published

on

By

Photo Credit: Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo. ANTARA/Muhammad Iqbal


Deru suara mesin mobil minibus terdengar garang memompa energi. Roda-roda berputar menggilas aspal meninggalkan Kota Semarang selepas petang.

Melalui Pintu Gerbang Tol Krapyak, minibus bernomor plat RI 75 beserta tiga mobil rombongan lainnya melesat menuju ke arah barat. Tuas gas terus digenjot. Kecepatan rata-rata 100 kilometer per jam, terkadang lebih.

Terus melaju menjauhi Kota Atlas, rombongan itu melintas melewati Kabupaten Kendal, kemudian masuk ke wilayah adminsitrasi Kabupaten Batang.

Beberapa menit berselang, iring-iringan mobil yang dikawal ketat oleh Patwal Polisi Militer itu segera menurunkan kecepatan dan masuk ke rest area KM 360 di wilayah Subah, Batang.

Sesaat setelah mobil benar-benar berhenti, penumpang minibus RI 75, Letnan Jenderal Doni Monardo, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) turun dan menuju ke sebuah Rumah Makan Padang untuk mengisi energi yang terbuang.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letnan Jenderal Doni Monardo menceritakan pengalamannya berkantor di tempat istirahat di jalan tol, pada Selasa, 30 Juni 2020.

Di rest area KM 360 di wilayah Subah, Batang, Jawa Tengah, Doni menyulap ruang kaca berukuran 3 kali 5 meter di samping rumah makan Padang menjadi kantor. “Sudah, tidak apa-apa. Di sini saja,” kata Doni sembari menyiapkan materi.

Selepas santap malam, Doni tak lantas bergegas melanjutkan perjalanan. Bersama jajarannya, Doni memilih untuk ‘berkantor’ sejenak di sebuah ruangan kaca di samping kiri rumah makan tadi.

Dalam ruangan ‘kantor dadakan’ berukuran kurang lebih 3×5 meter itu, Letjen Doni yang juga memangku jabatan sebagai Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 mengikuti rapat virtual yang dipimpin oleh Menteri Koodinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy.

Presiden Joko Widodo berbincang dengan Ketua Gugus Tugas Nasional COVID-19 Letjen TNI Doni Monardo dan Menko PMK Muhadjir Effendy. ANTARA/Sigid Kurniawan

Rapat secara tertutup itu menyinggung tentang perkembangan RS Darurat Pulau Galang dan Wisma Atlet. Di sisi lain, rapat juga membahas tentang perihal produksi alat tes Polymerase Chain Reaction (PCR) di dalam negeri.

Selain Ketua Gugus Tugas, rapat juga diikuti oleh Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan Mahfud MD, Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dan Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro.

Kemudian Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziyah, Kepala Kantor Staf Presiden Moeldoko, Panglima TNI Hadi Tjahjanto dan para perwakilan Kementerian/Lembaga lainnya.

Rupanya, salah satu alasan kenapa Letjen Doni lebih memilih kembali ke markas Gugus Tugas Nasional di Graha BNPB Jakarta melalui jalur darat tak lain juga untuk menghadiri rapat secara virtual membahas perihal penanganan Covid-19 bersama para menteri dan Panglima TNI tadi.

Sembilan jam sebelumnya, Letjen Doni Monardo mendampingi Presiden RI Joko Widodo saat memimpin rapat koordinasi dan penanganan Covid-19 bersama bupati dan wali kota se-Provinsi Jawa Tengah di Posko Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Daerah Provinsi Jawa Tengah, Gedung Gradhika Bhakti Praja, Kota Semarang.

Untuk diketahui, Letjen Doni menuju Semarang bersama rombongan RI 1 dengan pesawat kepresidenan Boeing Bussiness Jet (BJJ) dari Lanud Halim Perdanakusuma di Jakarta menuju Lanud Ahmad Yani Semarang pada Selasa Pagi (30/6). Namun ikhwal kepulangannya, Doni memilih kembali menuju ke Jakarta melalui jalur darat pada hari yang sama.

Kepala BNPB, Doni Monardo, selaku Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19, saat memberikan keterangan pers usai mengikuti Ratas di Istana Merdeka. SETKAB/Agung

Totalitas

Dalam upaya memerangi Covid-19, sejak awal Letjen Doni memang totalitas dan mengedepankan profesionalisme. Seperti rapat di kantor dadakan di rest area, Doni tak mau ketinggalan barang semenit saja mengikuti tiap-tiap materi pembahasan yang disampaikan dalam rapat tersebut.

Perihal Letjen Doni yang berkantor secara dadakan di rest area juga bukan menjadi soal baginya. Justru hal itu menjadi implementasi dari tugas seorang pejuang dan panglima perang dengan semangat 55.“Sudah, tidak apa-apa. Di sini saja” katanya sembari menyiapkan materi.

Semenjak Presiden Joko Widodo menunjuknya sebagai Ketua Gugus Tugas Nasional melalui Keputusan Presiden Nomor 7 tahun 2020, Doni bahkan tak pulang ke rumah, melainkan menjadikan kantor di Graha BNPB menjadi rumahnya.

Letnan Jenderal Doni Monardo, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dok. BNPB

Terlepas apa yang sedang dipikul dipundaknya sebagai panglima perang melawan Covid-19, Doni selalu meminta agar seluruh komponen dapat bersama-sama berjuang melawan penyebaran virus SARS-CoV-2.

Dalam hal ini, penanganan bencana katogori non-alam pandemi Covid-19 tidak bisa hanya ditangani oleh pemerintah saja, melainkan juga perlu kolaborasi dari unsur yang lainnya seperti dunia usaha, komunitas, media massa dan utamanya adalah masyarakat.

Sebagaimana yang diketahui bahwa pandemi Covid-19 tidak hanya menyerang aspek kesehatan saja, melainkan juga menggerus roda perekonomian.

Oleh sebab itu, pemerintah selalu berusaha agar penanganan Covid-19 dan stabiitas ekonomi dapat berjalan beriringan dengan mengutamakan aspek kesehatan.

Sehingga dalam hal ini, Doni selalu meminta agar protokol kesehatan seperti memakai masker, menjaga jarak aman, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir dapat diterapkan dan menjadi adaptasi kebiasaan baru di tengah masyarakat.

Menurut Doni, tiga kata yang menjadi kunci keberhasilan penanganan Covid-19 adalah disiplin, disiplin dan disiplin.

Seusai mengikuti rapat virtual, rombongan kemudian meninggalkan rest area pada pukul 20.52 WIB untuk melanjutkan perjalanan menuju Jakarta.

Belum lama ketika mobil rombongan kembali membelah kegelapan malam beriring-iringanan, seluruh jajaran sudah menerima pesan pendek yang berisi jadwal kegiatan bersama Ketua Gugus Tugas esok hari. Tentunya seluruh agenda itu masih berurusan dengan Covid-19.

Sebagaimana arahan Presiden Joko Widodo, bahwa “perjuangan melawan Covid-19 belum usai. (JD)


Photo Credit: Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Letjen TNI Doni Monardo. ANTARA/Muhammad Iqbal

Continue Reading

Teleprofil

Berguru Pada Yusril Ihza Mahendra, Sang Negarawan Sejati

Published

on



Berguru kepada Yusril Ihza Mahendra dalam berbangsa dan bernegara. Saat tulisan ini berada di hadapan anda, saya berharap anda dalam keadaan baik dan tenang. Kemungkinan besar kita masih sedang mengkarantina diri di rumah, atau beraktifitas diluar rumah tetapi tetap menjaga social distanching. Kita memang masih dalam situasi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). PSBB merupakan keputusan yang diambil presiden dalam menghadapi wabah Covid-19.

Sudah lebih sebulan lalu covid-19 mengobrak-abrik perasaan kita, bangsa Indonesia. Rasa aman dan rasa saling percaya seolah rontok dalam sekejap. Luka akibat Pilpres 2019 yg sudah mulai sembuh, seperti teriris kembali. Covid-19 ternyata tidak hanya sekedar virus yang menginveksi tubuh, tetapi juga perasaan dan batiniah kita.

Tulisan ini tidak akan mengupas tentang covid-19. Selain bukan ahli di bidang itu, informasi tentang hal tersebut telah cukup banyak.

Saya hanya akan fokus pada satu titik: bagaimana kita membangun pola pikir, pola sikap dan pola tindak dalam menghadapi setiap persoalan bersama yang datang. Hal ini penting, sebab seringkali sikap kita dalam menghadapi masalah justeru jauh lebih berbahaya ketimbang masalahnya itu sendiri.

Dalam situasi perang memghadapi covid-19 ini saya tertarik kepada sikap dan tindakan yang dilakukan oleh Prof. Yusril Ihza Mahendra (Yim), seorang begawan hukum Indonesia.

Sejak sekira 2 bulan lalu ketika tersebar berita tentang adanya serangan virus corona di berbagai negara, sepanjang pengamatan saya, Yim adalah tokoh yang paling produktif melalui tulisan-tulisanya menyampaikan pemikiran, pandangan, saran, masukan bahkan kritik kepada pemerintah selaku pengambil kebijakan. Dan dalam setiap kali menyampaikan pandangan dan kritiknya, Yim selalu memberikan alternatif solusi.

Hampir setiap hari kita membaca pandangan-pandangannya di media. Mulai dari pemikirannya yang filosofis dan religius, hingga saran-saran taktis dan kritik-kritik keras, santun dan solutif.

Saya -dan kita- paham dengan cara yang ditempuhnya. Semua karena rasa cinta kepada bangsa dan negara yang sedang menghadapi bahaya. Posisinya yang sedang diluar lingkar kekuasaan menjadi tidak mudah mengungkapkan rasa cinta kepada bangsa dan negara.

Setiap hari ruang publik seolah dipenuhi oleh pikiran-pukiran dan pandangannya. Berhari-hari, berminggu-minggu.

Teriakannya berhenti pada 1 April 2020. Ya, saat itu Presiden Joko Widodo telah mengambil keputusan dalam menghadapi wabah Covid-19: Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB).

Jalan yang diputuskan presiden berbeda dengan yang diteriakkan Yim. Yim lebih merekomendasi Lockdown atau Karantina Wilayah, presiden memilih PSBB. Walaupun mengandung kesamaan, tetapi sangat jauh berbeda.

Apakah Yim kecewa? Mungkin iya. Tapi apakah Yim marah? Tidak sama sekali. Justru Yim hari itu mengakhiri berondongan tulisan-tulisannya. Tulisan terakhir Yim setelah presiden mengumumkan keputusannya, berjudul “BISAKAH PSBB MENGHADAPI VIRUS CORONA?”. Setelah itu Yim tidak menuliskan (mempublikasikan) lagi pemikiran-pemikirannya.

Hanya, pada alinea terakhir tulisan terakhirnya tersebut Yim menulis, “Karena itu selama masa penerapan PSBB ini, saya sarankan agar Pemerintah mulai bersiap-siap menghadapi risiko terburuk kalau akhirnya tidak punya pilihan lain menghadapi wabah virus Corona, kecuali memilih menerapkan Karantina Wilayah, jika pandemi ini ternyata tidak mampu dihadapi dengan PSBB”.

Kalimat tersebut berupa warning sekaligus jalan menuju solusi. Dan sampai hari ini kita belum membaca lagi tulisan Yim terkait hal tersebut.

Lalu dimana letak pelajaran berharganya? Ialah pada cara yang ditempuh dan sikap yang diambilnya.

Selama Presiden Jokowi sebagai pemimpin belum memgambil keputusan, Yim sekuat tenaga dan pikiran menyampaikan semua hal yg dianggap benar dan baik. Tak peduli dia dipuji atau dimaki. Tetapi ketika presiden telah mengambil keputusan, walaupun hal itu tidak sesuai dengan pemikirannya, Yim diam. Keputusan pemimpin negara harus dihargai dan dihormati. Jangan dirongrong. Harus didukung. Setidaknya, diam. Inilah pelajaran yang sangat tinggi nilainya dalam konteks hidup berbangsa dan bernegara.

Saya yakin hari ini Yim adalah orang yang paling tenang dan lega. Dia sudah berusaha semaksimal mungkin. Bebannya telah ditumpahkan. Tugasnya telah ditunaikan. Usahanya telah dijalankan. Tinggal bertawakkal kepada Allah, Tuhan Yang Maha Kuasa.

Tentu Yim tidak lantas berleha-leha. Pikiran dan hatinya pasti terus diperas utk memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi beberapa waktu kedepan. Hari-hari pasti diamatinya dengan cermat.

Seandainya kita mampu meniru sikap dan caranya dalam berbangsa dan bernegara, sepertinya bangsa ini akan lebih cepat dewasa. Saya merasa kita memang patut berguru kepadanya, Sang Negarawan Sejati. Oleh : M Masduki Taha


Photo Credit : Yusril Ihza Mahendra / Fanspage Yusril


 

Continue Reading
Advertisement
Advertisement

MUSIK

Advertisement
Advertisement

TELEMALE

Advertisement

Lainnya Dari Telegraf

close