Telegraf – Kepala Badan Percepatan Pengentasan Kemiskinan (BP Taskin) Budiman Sudjatmiko mengatakan ada 0,8 persen masyarakat Indonesia yang mengalami kemiskinan ekstrim. Melalui program program yang di gagas pemerintah seperti pemberian Bansos (bantuan sosial), BLT (bantuan Langsung Tunai, Subsidi dan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) dan yang terbaru adalah makan siang gratis, ini dilakukan untuk mengurangi beban pengeluaran rakyat miskin, yang di targetkan di tahun 2026 mencapai 0 persen.
Menyambut program pemerintah dalam rangka pengentasan kemiskinan Yayasan Penabulu memperkenalkan inisiatif baru bernama Penabulu Shop yang memiliki visi menggabungkan gaya hidup berkelanjutan dan upaya sosial mengentaskan kemiskinan di Indonesia.
Terinspirasi oleh kesuksesan lebih dari 600 Oxfam Shop di Inggris yang telah membantu mengentaskan kemiskinan dengan memperkuat komunitas lokal dan mempromosikan keadilan sosial. Penabulu Shop menekankan pentingnya kontribusi masyarakat dalam mendukung keberlanjutan lingkungan sekaligus memberdayakan ekonomi komunitas.
“Kami memberikan apresiasi kepada Yayasan Penabulu dengan diluncurkannya Penabulu Shop sebagai platform inovatif belanja barang bekas berkelanjutan pertama yang berfokus pada dampak sosial untuk pengentasan kemiskinan. Hal ini selaras dengan program Badan Percepatan Taskin yaitu Berdata, Berdana, dan Berdaya, yang memiliki tujuan menurunkan angka kemiskinan dari 9% menjadi 5% pada 2029,” ungkap Budiman, di Jakarta, Selasa (17/12).
Esti Nuringdyah, Direktur Program, Yayasan Penabulu mengatakan untuk masyarakat yang memiliki barang-barang layak pakai yang menumpuk di rumah dan bingung akan diapakan, seperti pakaian, sepatu, perhiasan, dan alat-alat elektronik, namun sudah tidak dipakai lagi, maka dapat mendonasikan barang-barang tersebut ke Penabulu untuk dijual di platform Penabulu Shop.
“Seluruh hasil penjualan, akan disalurkan ke program-program pengentasan kemiskinan berdasarkan isu-isu strategis, seperti lingkungan dan perubahan iklim, pemberdayaan desa, kesehatan masyarakat, keadilan transformasi digital, serta kemitraan pemerintah, swasta, dan Masyarakat,” tutur Esty.
Sementara itu Budi Santosa, Business Advisor, Yayasan Penabulu mengatakan menurut data dari McKinsey & Company (Agustus 2024), Gen Z menyukai gaya thrifting dan vintage, sejalan dengan panggilan hati mereka terhadap sirkular ekonomi. Dengan tren fashion pre-loved yang semakin diminati oleh generasi muda, khususnya Gen Z, Penabulu Shop hadir untuk memberikan pilihan gaya hidup yang tidak hanya ramah lingkungan tetapi juga berdampak sosial.
“Hari ini, kami membuka pintu untuk kebaikan dan keberlanjutan, mengubah barang-barang kesayangan yang tidak terpakai menjadi awal yang baru dan lebih bernilai. Bersama-sama, kita jadikan setiap donasi barang dan pembelian langkah menuju masa depan yang lebih cerah bagi mereka yang membutuhkan. Selamat datang di Penabulu Shop,” ungkap Budi.