Telegraf, Surabaya – Capaian Ekspor dan kesehatan hewan Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) pada 4,5 tahun terakhir dari tahun 2018 hingga 2019 semester pertama mencatat RP32,9 triliun.
Untuk terus mendorong peningkatan ekspor Kementerian Pertanian memfasilitasi pelaku usaha peternakan UMKM atau Unit Pengolahan Hasil (UPH) mempromosikan produknya untuk ekspor pada pameran peternakan Indo Livestock Expo & Forum 2019 yang akan dilaksanakan pada tanggal 3 hingga 5 juli mendatang .
Hal ini disampaikan oleh Dirjen PKH, I Ketut Diarmita dalam rilis yang di terima di meja redaksi.
Ketut menyebutkan Kementan memfasilitasi pelaku usaha peternakan pada 2 (dua) Paviliun yakni Pavilliun Livestock Export dan Pavilliun UMKM/UPH pada pameran Indolivestock tahun ini.
“Pavilliun UMKM/UPH Peternakan ini diharapkan dapat memperkenalkan produknya kepada masyarakat luas dan memperluas jangkauan serta jaringan pemasaran sehingga siap bersaing di dunia internasional,” ungkap Ketut.
Fini Murfiani, Direktur Pengolahan dan Pemasaran Produk Peternakan menyampaikan bahwa terdapat 13 UPH Peternakan yang berasal dari Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, DI. Yogyakarta, dan Riau yang berpartisipasi pada Pavillion UMKM/UPH dan mempromosikan berbagai aneka produk olahan pangan dan non pangan seperti susu pasteurisasi, yogurt, susu kambing bubuk, rendang sapi, rendang domba, gulai domba, kornet sapi, kornet domba, bebek goreng, telur asin, telur organik, telur omega, tahu bakso, sabun susu, kerajinan tanduk, aksesoris sapi, dan pakan ternak.
“Paling tidak produk UMKM/UPH kita dapat meningkatkan kesejahteran peternak kecil sehingga kita perlu dorong mereka meningkatkan kualitas dan kuantitas produknya” harap Fini
Salah satu peserta yang ikut pada Stand Paviliun UMKM/UPH Peternakan Binaan Kementerian Pertanian, Heri mengungkapkan ajang ini sangat bermanfaat bagi usahanya kedepan. “Masyarakat Surabaya belum banyak mengenal kami, sehingga kami sangat berterima kasih kepada Kementan yang telah memfasilitasi kami untuk bisa memperkenalkan produk kami kepada masyarakat melalui pameran internasional ini” ujarnya.
Ia menambahkan masyarakat sangat antusias menyambut dan membeli olahan susu yang diproduksi Kampung Susu Dynasty. “Produk kami sudah kami alokasikan buat 3 hari pameran, namun 1 hari kemarin sudah langsung menipis stoknya, hari ini akan masuk lagi stok tambahan” tandasnya.
Peserta lainnya dari karya seni tanduk Cecep mengungkapkan melalui pameran ini dapat mempromosikan aneka kerajinan tanduk kepada masyarakat lokal dan mancanegara. “Selain masyarakat lokal, pengunjung juga berdatangan dari negara-negara lain seperti China, India, dan negara lainnya” ungkapnya. Ia menambahkan. “saya sangat berterima kasih kepada Kementan yang sudah mengajak saya pada pameran ini” ujarnya
“Selama satu hari pameran kemarin kita mencatat transaksi yang nilainya cukup menggembirakan. Kita harapkan selain sebagai ajang promosi, melalui pameran ini dapat meningkatkan gairah UPH Peternakan dalam memproduksi produk olahan peternakan yang bermutu dan berkualitas sesuai dengan permintaan pasar, sehingga produk tersebut tetap aman dan sehat untuk dikonsumsi” tandasnya Fini.
*Pavilliun Livestock Export*
Pavilliun Livestock Export pada Indo Livestock 2019 menjadi etalase promosi bagi produk-produk peternakan yang telah diekspor ke berbagai negara. Para pelaku usaha tersebut berkesempatan menampilkan produk dan berbagai informasinya di Pavilliun tersebut untuk menarik calon partner bisnis yang berkunjung selama event berlangsung baik dari dalam maupun luar negeri.
Pelaku usaha yang bergabung dalam Pavilliun Export tersebut berasal dari BBIB Singosari dan BIB Lembang yang telah melakukan ekspor semen beku ke Malaysia, Madagaskar, Kyrgyztan, dan Timor Leste; PT. Santosa Agrindo yang telah melakukan ekspor daging wagyu dengan nama brand ‘Tokusen’ ke Myanmar; serta turut berpartisipasi PT. Charoen Phokpand Indonesia dan PT. Japfa Comfeed Indonesia.
Salah satu pelaku usaha dari Paviliun Ekspor, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk, Benyamin Limi sebagai Regional Head Jawa Timur, membagi pengalamannya mengekspor perdana produk olahan ayam ke Jepang pada tahun 2018 bukanlah hal yang mudah. Apalagi Jepang terkenal di dunia sangat ketat dalam seleksi makanannya ke negaranya. Ia melanjutkan sejak tahun 2014, Jepang telah mengirimkan delegasinya dari Kementerian Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan (MAFF) untuk secara berkelanjutan melakukan penilaian kepada unit usaha pengolahan makanan PT CPI. Hingga akhirnya April 2018 dilakukan ekspor perdana ke Jepang.
“Kalau produk kita sudah masuk ke Jepang, sudah pasti kita akan mudah masuk ke negara-negera lain” ujarnya
Ia menyebutkan kualitasnya yang tinggi, dan Penerapan sistem manajemen serta bio sekuriti harus sesuai dengan standar internasional. Menurut Benyamin Limi, selain pernah melepas ekspor produk-produk olahan berbasis ayam, pihaknya juga mengekspor pakan ternak.
“Kualitas pakan ternak yang diproduksi CPIN telah diakui oleh negara lain sehingga layak untuk terus ditingkatkan” pungkasnya.
Selain BBIB Singosari dan BIB Lembang, Pusat Veteriner Farma (PUSVETMA) juga memperkenalkan produk vaksin dan bahan diagnosa (antigen, kit elisa dan antisera) kepada stakeholder Peternakan. Beberapa produk unggulan Pusvetma yang dipromosikan yakni Antravet (vaksin Anthrax), Septivet (Vaksin Septichaemia Epizootica), Neo Rabivet (Vaksin Rabies), JD Vet (Vaksin Jembrana), Brucivet (Vaksin Brucella), Afluvet (Vaksin AI), Antigen Brucella RBT, Antigen untuk penyakit unggas (AI/ND/Salmonela Pullorum/Mycoplasma), Kit Elisa Rabies serta Kit Elisa Jembrana.
Saat ini vaksin Septivet untuk Penyakit SE dan Brucivet untuk Penyakit Brucella sudah di ekspor ke Timor Leste. Kedepan Pusvetma berupaya untuk dapat mengekspor produknya ke negara mitra asia lainnya. Kesiapan Pusvetma menawarkan produknya ke pasar ekspor tersebut, didasarkan kualitas produk yang dihasilkan telah melalui proses produksi yang memenuhi standard dan jaminan mutu produk yang dihasilkan.
Kontribusi ekspor terbesar pada kelompok obat hewan yang mencapai Rp 23.5 triliun menembus ke Belgia, USA, Mesir, Jepang, Australia dan 88 negara tujuan lainnya. Selain itu, ekspor babi ke Singapura sebesar Rp 3.04 triliun. Produk susu dan olahannya juga menghasilkan sebesar Rp. 3.07 triliun menembus pasar di Malaysia, Filipina, Australia, PNG, Vietnam dan 26 negara lainnya. Kelompok pakan ternak asal tumbuhan menyumbang Rp. 3.34 triliun masuk ke 16 negara. Beberapa produk lain seperti produk hewan non pangan, telur ayam tetas, daging dan produk olahannya, pakan ternak, kambing/domba, Day of Chicken (DOC), dan semen beku juga menyumbang devisa cukup besar.
Peluang pasar untuk komoditas peternakan di pasar global masih sangat terbuka. Adanya permintaan dari negara di daerah Timur Tengah dan negara lain di kawasan Asia sangat berpotensi untuk dilakukan penjajakan. Keunggulan halal dari kita juga dapat menjadi daya tarik tersendiri untuk ekspor produk peternakan ke wilayah tersebut dan negara dengan penduduk mayoritas muslim lainnya. Termasuk dukungan terhadap pengembangan pariwisata halal yang secara internasional mulai berkembang pesat dewasa ini. (Red)
Crefit photo : Ketut Diarmita Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) / istimewa