Agustini Rahayu : Pariwisata Berkelanjutan Adalah Ruh Bukan Hasil Akhir

Oleh : Atti K.

Telegraf – Virus Covid -19 masih belum menunjukan menghilang, hingga saat ini varian covid terus berubah bentuk. World Tourism Organization (UNWTO) memprediksi pemulihan pariwisata global baru akan tercapai pada tahun 2024 atau lebih. Dalam rangka menyumbang pergerakan ekonomi nasional Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) kembangkan Desa Wisata berdaya saing Global dengan konsep pariwisata berkelanjutan.

“Pariwisata pernah menduduki peringkat ke dua dalam pergerakan pekonomi nasional,” hal itu diungkapkan oleh Direktur Kajian Strategis Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf), Agustini Rahayu, dalam diskusi Urban Forum-Forwada Tourism & Hospitality Industry Outlook 2023 – “Akselerasi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan”, di Family Resto D’Kampoeng, Bogor, (29/11/).

Lanjutnya nafas pemulihan pariwisata Indonesia adalah produktifity, inklusifity sustainbility. Sementara itu ia juga mengungkapkan prediksi pemulihan pariwisata internasional akan terjadi di tahun 2024.ia mengungkapkan jumlah perjalanan Wisatawan Nusantara (Wisnus) juga terus meningkat. Pada tahun 2021 tercatat 603 perjalanan Wisnus atau 83,5% jumlah perjalanan tahun 2019.

“Pariwisata berkelanjutan adalah sebuah proses (ruh), bukan hasil akhir, yang tercermin dalam setiap penetapan kebijakan oleh Kemenparekraf,” ungkapnya.

Dia menyebut, pemulihan pariwisata global saat ini telah mencapai 65% dari tingkat sebelum pandemi. Diperkirakan 700 juta wisatawan melakukan perjalanan internasional antara Januari dan September 2022, lebih dari dua kali lipat (+133%) jumlah yang tercatat untuk periode yang sama pada tahun 2021.

Baca Juga :   Indonesia Berkomitmen Jadi Bagian Industri Kakao Global Berkelanjutan

“Hasil ini didorong oleh permintaan yang kuat, peningkatan tingkat kepercayaan dan pencabutan pembatasan di banyak destinasi. Diperkirakan 340 juta kedatangan internasional tercatat pada kuartal ketiga tahun 2022,” jelasnya.

Dikesempatan yang sama Presiden Direktur PT. Bank Central Asia, Tbk., Jahja Setiaatmadja, pembicara lain, mengungkapkan ada 15 desa binaan BCA yang telah sukses menjalankan pariwisata berkesinambungan, diantaranya Nagari Sikolek, Desa Petingsari, dan kampung adat SiIjungjung.

“Selama ini BCA telah berkontribusi dalam mempercepat digitalisasi di beberapa daerah wisata, seperti yang dilakukan di 15 desa binaan BCA,” jelasnya.

Jahja juga menyoroti tiga tantangan terbesar yang dihadapi dalam mengembangkan desa wisata. Pertama, minimnya sinergi antar lembaga : pemerintah daerah, komunitas desa, dan pihak swasta. Kedua, kurangnya pengetahuan dan keterampilan dalam pengelolaan pariwisata di komunitas tersebut. Ketiga adalah terbatasnya penyediaan fasilitas dasar penunjang wisata.

“Ini yang kita alami dilapangan, banyak destinasi yang fasilitas penunjang wisata seperti sinyal jaringan seluler yang masih belum baik. Kita harapkan ini menjadi perhatian seluruh stakeholder pariwisata kita,” jelasnya.

Lainnya Dari Telegraf