Telegraf – Tiga narasumber dengan latar berbeda memberikan perspektif komplementer dalam seminar “Aman Digital”.
Menghadirkan Sarifah Ainun Jariyah yang merupakan anggota Komisi I DPR RI menekankan bahwa Keamanan digital bukan lagi pilihan tetapi kebutuhan fundamental di era transformasi digital.
“Ancaman siber terus berevolusi dengan sophistication yang meningkat, memerlukan pendekatan proaktif dan komprehensif, organisasi harus mengadopsi security by design mindset, mengintegrasikan keamanan di setiap layer infrastruktur teknologi. Investasi dalam teknologi keamanan, pelatihan SDM, dan kepatuhan regulasi adalah investasi dalam keberlanjutan bisnis.” kata Sarifah.
Narasumber kedua Syariful, selaku dosen Psikologi UNIBI, menerangkan bahwa psikologi siber mempelajari interaksi manusia dengan teknologi digital, termasuk perilaku, emosi, dan kognisi saat menggunakan internet dan media sosial.
“Delapan dimensi psikologi siber: identitas, sosial, interaktif, teks, sensori, realitas, temporal, dan fisik. Dimensi ini memengaruhi cara kita berinteraksi di dunia maya, membentuk pengalaman dan persepsi kita dalam lingkungan digital yang terus berkembang.” katanya.
Keamanan data digital dan kesehatan psikologis saling terkait erat dan harus dijaga secara simultan untuk menciptakan lingkungan digital yang positif. Kolaborasi antara psikolog, teknolog, dan pengguna sangat penting dalam membangun ekosistem digital yang aman dan menyehatkan bagi semua, mari kita bersama-sama meningkatkan literasi digital dan kesadaran psikologis demi masa depan digital yang lebih baik, di mana teknologi menjadi alat pemberdayaan, bukan ancaman
Sedangkan narasumber ketiga, Rozi Sastra Purna, yang merupakan dosen Psikologi FK UNAND dan staf ahli psikolog UPTD LDPI, mengatakan bahwa, psikologi digital membawa peluang sekaligus tantangan besar bagi praktik profesional. Dalam menghadapi era ini, etika menjadi kompas utama yang membimbing psikolog agar tetap manusiawi dan bertanggung jawab dalam memberikan layanan.
“Tanpa etika, teknologi justru bisa menjauhkan psikologi dari esensi utamanya: membantu manusia dengan empati, kejujuran, dan integritas. Maka dari itu, penguatan etika dalam psikologi digital bukan hanya penting, tetapi mutlak diperlukan.” ujarnya.