Telegraf – Tiga narasumber dengan latar belakang berbeda menghadirkan sudut pandang yang saling melengkapi dalam webinar bertema “Aman Digital”, yang membahas keamanan ruang digital dari aspek perlindungan data, kesehatan mental, hingga etika bermedia, Minggu (14/12/2025).
Narasumber pertama, Sarifah Ainun Jariyah, anggota Komisi I DPR RI, menegaskan bahwa keamanan digital saat ini bukan sekadar isu teknis, melainkan kebutuhan primer dalam kehidupan masyarakat modern. Ia menggambarkan bagaimana ancaman siber kini tidak lagi membutuhkan kehadiran fisik, melainkan cukup melalui satu tautan untuk menguras aset dan data pribadi seseorang. Oleh karena itu, Sarifah menekankan pentingnya pertahanan diri digital, mulai dari penggunaan kata sandi yang kuat, penerapan autentikasi dua faktor (2FA), hingga kesadaran akan jejak digital di media sosial.
Menurutnya, keamanan digital tidak hanya bergantung pada perangkat lunak, tetapi juga pada perilaku dan etika pengguna dalam menjaga data pribadi serta amanah data orang lain.
Narasumber kedua Syariful, dosen psikologi, memaparkan keamanan digital dari perspektif psikologis. Ia menjelaskan bahwa ancaman digital tidak hanya berdampak pada keamanan data, tetapi juga pada rasa aman emosional, kesehatan mental, dan perilaku pengguna media sosial. Fenomena seperti cyberbullying, ujaran kebencian, hoaks, manipulasi informasi, hingga kecanduan digital dapat memicu kecemasan, stres, depresi, bahkan trauma berkepanjangan.
Syariful menekankan pentingnya keamanan emosional, kognitif, dan perilaku sebagai bagian dari aman digital. Menurutnya, literasi digital harus dibarengi dengan kemampuan berpikir kritis, kontrol emosi, serta kebiasaan bermedia yang sehat agar masyarakat mampu membangun ketahanan (resiliensi) dan kesejahteraan digital.
Sementara itu, narasumber ketiga, Pitoyo, praktisi media dan akademisi komunikasi, menyoroti aspek etika dan kesadaran dalam bermedia digital. Ia menjelaskan bahwa keamanan digital adalah proses memastikan penggunaan layanan digital dilakukan secara aman, termasuk melindungi data pribadi yang kerap tanpa disadari dibagikan ke ruang publik.
Pitoyo menekankan pentingnya mengamankan perangkat dan identitas digital, mewaspadai penipuan daring, serta memahami bahwa jejak digital bersifat permanen dan dapat berdampak pada masa depan seseorang. Melalui berbagai studi kasus, ia mengingatkan bahwa unggahan di media sosial dapat memengaruhi reputasi, peluang karier, hingga penilaian publik, sehingga audit media sosial dan konsistensi personal branding menjadi hal yang penting.
Dalam pernyataan penutup, para narasumber sepakat bahwa Aman Digital adalah tanggung jawab bersama yang mencakup aspek teknis, psikologis, dan etika. Orang tua memiliki peran penting dalam mengontrol penggunaan media digital pada anak, sementara setiap individu dituntut untuk lebih bijak dalam menyaring informasi, menjaga data pribadi, dan tidak mudah percaya pada informasi di ruang digital. Dengan kombinasi literasi digital, kontrol diri, etika, dan kewaspadaan, ruang digital diharapkan dapat menjadi lingkungan yang aman, sehat, produktif, serta mendukung kesejahteraan individu dan keluarga.