Telegraf – Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia berkolaborasi dengan Komisi I DPR RI melaksanakan kegiatan Ngobrol Bareng Legislator, kegiatan webinar yang bertujuan meningkatkan literasi digital dengan tema “Aman Digital”. Kegiatan ini dilaksanakan pada Jumat, 12 Desember 2025, yang dihadiri 150-200 peserta secara daring. Narasumber pada diskusi kali ini adalah Ruth Naomi Rumkabu selaku Anggota Komisi I DPR RI, Syariful selaku dosen Psikologi UNIBI dan M Adhi Prasnowo selaku Kaprodi Magister Manajemen UMAHA.
Sebagai pembuka diskusi, Ruth menjelaskan bahwa menjaga keamanan digital di Indonesia menjadi semakin penting seiring meningkatnya ketergantungan masyarakat pada teknologi dalam berbagai aspek kehidupan, mulai dari komunikasi, pendidikan, layanan keuangan, hingga pemerintahan.
Di tengah pesatnya transformasi digital, Indonesia juga menghadapi ancaman yang semakin kompleks, seperti kebocoran data, penipuan online, peretasan, penyebaran hoaks, hingga eksploitasi identitas digital. Ancaman-ancaman ini tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga dapat menggoyahkan kepercayaan publik terhadap layanan digital dan mengancam stabilitas sosial maupun ekonomi. Oleh karena itu, kesadaran untuk menjaga keamanan digital bukan lagi sekadar pilihan, melainkan kebutuhan mendasar bagi seluruh pengguna teknologi.
Dengan jumlah pengguna internet yang besar dan bertumbuh cepat, Indonesia menjadi target empuk bagi berbagai kejahatan siber. Dengan menerapkan perilaku digital yang aman, seperti menggunakan kata sandi kuat, memverifikasi informasi, berhati-hati dalam membagikan data pribadi, serta memahami risiko online masyarakat Indonesia dapat membangun ekosistem digital yang lebih sehat, terlindungi, dan dapat dipercaya. Pada akhirnya, keamanan digital merupakan fondasi penting bagi keberlanjutan transformasi digital nasional agar mampu mendorong kemajuan tanpa mengorbankan keselamatan warganya.
Dilain pihak, Syariful juga menegaskan bahwa perkembangan dunia digital membawa dampak signifikan terhadap kesehatan mental, terutama pada remaja. Paparan media sosial yang berlebihan memicu tekanan psikologis, kecemasan, depresi, serta fenomena perbandingan sosial seperti “Instagram Perfect”. Cyberbullying juga diidentifikasi sebagai ancaman serius yang menyebabkan trauma emosional mendalam dan risiko bunuh diri. Psikologi siber memaparkan bagaimana interaksi digital membentuk perilaku dan emosi manusia, sekaligus menunjukkan perlunya intervensi seperti pengurangan waktu layar, pelatihan coping strategy, dan terapi berbasis teknologi untuk menjaga kesejahteraan mental di era digital.
Di sisi lain, Syariful juga menyoroti pentingnya menjaga keamanan data sebagai bagian dari tanggung jawab etis dan psikologis. Data psikologis dianggap sangat sensitif sehingga memerlukan perlindungan melalui enkripsi, sistem keamanan berlapis, dan penerapan prinsip informed consent. Pelanggaran privasi dapat merusak kepercayaan dan menghambat keberhasilan proses terapi. Pemateri juga menekankan bahwa literasi digital berbasis nilai etika, termasuk pendekatan nilai Islam, terbukti efektif meningkatkan kemampuan berpikir kritis dan kesadaran risiko pada remaja. Ke depan, kolaborasi antara psikolog, teknolog, dan masyarakat menjadi kunci dalam membangun ekosistem digital yang aman, sehat, dan memberdayakan.
Sedangkan Adhi Pranowo, menekankan pentingnya pemahaman empat pilar literasi digital Cakap, Aman, Budaya, dan Etika sebagai fondasi bagi masyarakat untuk memanfaatkan teknologi secara positif, bertanggung jawab, dan produktif. Pengguna media sosial dituntut untuk mampu menjaga etika, memverifikasi informasi, melindungi privasi, serta mengelola waktu penggunaan demi kesehatan mental. Penggunaan media sosial secara aman juga ditekankan, termasuk pengaturan privasi, penggunaan kata sandi kuat, kewaspadaan terhadap konten mencurigakan, serta kesadaran akan risiko seperti kecemasan, depresi, cyberbullying, dan dampak negatif lainnya, terutama pada remaja.
Adhi Pranowo menggarisbawahi pentingnya personal branding di media sosial sebagai sarana membangun citra diri yang profesional dan kredibel.
Pengguna didorong untuk membuat konten bermanfaat, berinteraksi dengan sopan, dan menjaga konsistensi nilai pada setiap platform. Paparan ini menekankan bahwa ruang digital harus dibangun sebagai lingkungan yang inklusif dan toleran. Setiap individu perlu menyadari bahwa semua aktivitas daring meninggalkan jejak digital yang dapat mempengaruhi reputasi jangka panjang, sehingga perilaku positif, integritas, dan kehati-hatian menjadi bagian penting dalam membangun ekosistem digital yang aman dan berkelanjutan.