Cari
Sign In
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
Telegraf

Kawat Berita Indonesia

  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
  • Entertainment
  • Lifestyle
  • Technology
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Lainnya
    • Regional
    • Didaktika
    • Musik
    • Religi
    • Properti
    • Opini
    • Telemale
    • Philantrophy
    • Corporate
    • Humaniora
    • Cakrawala
    • Telegrafi
    • Telecoffee
    • Telefokus
    • Telerasi
Membaca Dibalik Buku The Making of Java Jazz Festival and History Karya Peter F Gonta
Bagikan
Font ResizerAa
TelegrafTelegraf
Cari
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Internasional
  • Entertainment
  • Lifestyle
  • Technology
  • Olahraga
  • Otomotif
  • Lainnya
    • Regional
    • Didaktika
    • Musik
    • Religi
    • Properti
    • Opini
    • Telemale
    • Philantrophy
    • Corporate
    • Humaniora
    • Cakrawala
    • Telegrafi
    • Telecoffee
    • Telefokus
    • Telerasi
Punya Akun? Sign In
Ikuti Kami
Telegraf uses the standards of the of the Independent Press Standards Organisation (IPSO) and we subscribe to its Editors’ Code of Practice. Copyright © 2025 Telegraf. All Rights Reserved.
Musik

Dibalik Buku The Making of Java Jazz Festival and History Karya Peter F Gonta

Hanna Iffah Kamis, 29 Mei 2025 | 13:13 WIB Waktu Baca 5 Menit
Bagikan
Peter F Gontha menyerahkan buku kepada SS Budi Rahardjo, Pemimpin Redaksi Majalah MATRA sekaligus CEO Majalah EKSEKUTIF, (28/05/25). MATRA/Idris Daulat
Bagikan

Telegraf — Ada yang berbeda dari gelaran konferensi pers Jakarta International BNI Java Jazz Festival tahun ini.

Bukan karena daftar pengisi acaranya yang tetap memukau seperti biasa, melainkan karena suasananya.

Ada nuansa hangat yang sulit dijelaskan. Seolah waktu melambat sejenak, mengajak kita menengok ke belakang, ke tahun 2005, ke momen ketika segalanya dimulai dari satu hal sederhana: mimpi.

Dua Dekade Java Jazz: Ketika Mimpi dan Musik Tak Pernah Usai

Java Jazz Festival kini memasuki usia dua puluh tahun. Sebuah tonggak yang bukan hanya mencerminkan umur, tetapi kedalaman perjalanan.

Dari sebuah gagasan yang sempat dianggap terlalu ambisius, menjadi festival musik jazz berskala internasional yang menjadi kebanggaan Indonesia.

Dalam konferensi pers tersebut, Dewi Gontha selaku Presiden Direktur Java Festival Production membuka acara dengan kata-kata yang menyentuh, kemudian memanggil seseorang yang selama ini berada di balik layar kesuksesan Java Jazz: sang ayah, Peter F. Gontha.

“Sebelum lanjut, saya ingin mengundang ayah saya naik ke atas panggung,” ucap Dewi, suaranya terdengar penuh emosi.

Peter naik ke atas panggung bukan sebagai pengusaha, bukan pula sebagai tokoh publik.

Ia berdiri sebagai seorang ayah, seorang pecinta musik, dan seorang pemimpi.

“Saya hanya seseorang yang dulu bermimpi Indonesia bisa punya festival jazz kelas dunia,” katanya singkat, sebelum diam sejenak.

Sorot matanya menerawang jauh, barangkali ke ruang waktu yang hanya bisa dijangkau oleh mereka yang pernah bermimpi dan berani bertaruh segalanya untuk itu.

Peter Mengenang Awal Mula Java Jazz

Tentang ketidakpercayaan banyak pihak, tentang keterbatasan sumber daya, tentang bagaimana ia harus meyakinkan sponsor dan musisi bahwa festival ini layak diwujudkan.

Tapi ia juga bercerita tentang harapan. Tentang komunitas. Tentang cinta—pada musik, pada negeri ini, dan pada kemungkinan-kemungkinan yang lahir dari ketulusan niat.

Sebagai bentuk penghormatan pada perjalanan dua dekade ini, Peter merilis buku “The Making of Java Jazz Festival” sebuah karya setebal 506 halaman yang tak hanya berisi dokumentasi sejarah, tapi juga memoar pribadi.

Ditulis dalam bahasa Inggris, buku ini menghadirkan kisah-kisah di balik layar, fragmen-fragmen kecil yang selama ini tersembunyi di balik gemerlap panggung.

Buku tersebut diserahkan langsung oleh Peter kepada SS Budi Rahardjo, Pemimpin Redaksi Majalah MATRA sekaligus CEO Majalah EKSEKUTIF, sebagai bentuk terima kasih kepada media yang telah menjadi bagian penting dari perjalanan Java Jazz.

“Media bukan hanya peliput, mereka adalah saksi. Bahkan sering kali, mereka yang pertama kali percaya pada mimpi ini,” ujar Peter.

Buku ini tidak dijual. Ia akan dibagikan secara gratis kepada para mitra, sponsor, dan media sebagai bentuk penghargaan atas kepercayaan dan kerja sama yang telah terjalin selama 20 tahun.

Karena bagi Peter, festival ini tidak mungkin berdiri sendiri. Ia dibangun oleh banyak tangan—yang bekerja dalam diam, yang tidak selalu terlihat kamera, tapi selalu hadir dalam semangat.

Java Jazz, katanya, adalah kerja kolektif. Dari relawan yang mengatur logistik hingga produser yang menyusun line-up, dari teknisi suara hingga penyedia makanan, semuanya punya peran. Dan semuanya punya cerita.

Dalam bukunya, Peter juga mengajak pembaca untuk menyusuri kenangan pribadinya.

Dari masa remaja ketika jatuh cinta pada jazz, pertemuannya dengan musisi-musisi lokal, hingga bagaimana ia mengenang istrinya, Purnama—sosok yang selalu mendukung dalam diam.

Juga tentang bagaimana ia melihat putrinya, Dewi, tumbuh dan kini memimpin festival ini dengan caranya sendiri.

Java Jazz bukan hanya festival. Ia adalah ruang temu. Ruang nostalgia. Ruang harapan.

Tahun 2025 ini, Java Jazz kembali akan digelar pada 30 Mei hingga 1 Juni di Jakarta.

Tapi kali ini, ia membawa satu makna tambahan: bahwa mimpi yang dijaga dengan cinta akan terus hidup.

Dan musik, seperti kehidupan itu sendiri, selalu menemukan caranya untuk bertahan.

Seperti jazz yang lahir dari kebebasan dan keberanian bereksplorasi, Java Jazz Festival berdiri sebagai bukti bahwa Indonesia bisa.

Bahwa kita mampu membangun panggung bagi talenta lokal dan internasional, menciptakan jembatan antara masa lalu dan masa depan, antara kenangan dan kemungkinan.

Dan di atas semua itu, Java Jazz adalah tentang manusia. Tentang mereka yang percaya pada mimpi, yang bekerja tanpa pamrih, dan yang tahu bahwa di balik setiap nada, ada cinta yang tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata.

Karena musik, pada akhirnya, adalah cara kita mencintai dunia.

Bagikan Artikel
Twitter Email Copy Link Print

Artikel Terbaru

Rock Ngisor Ringin Part #2 Jadi Ajang Kumpul Musisi Rock Tanah Air
Waktu Baca 4 Menit
Program FLPP Capai Rekor 263 Ribu Unit, BTN Dominasi Penyaluran Rumah Subsidi Nasional
Waktu Baca 4 Menit
BSN Resmi Beroperasi Usai Spin-Off dari BTN, Bidik Pertumbuhan Perbankan Syariah Nasional
Waktu Baca 3 Menit
Tradisi Warga Indonesia Dalam Merayakan Malam Tahun Baru di New York
Waktu Baca 6 Menit
OJK Bentuk Departemen UMKM dan Keuangan Syariah, Pengawasan Bank Digital Berlaku 2026
Waktu Baca 3 Menit

Keamanan Digital Adalah Tanggung Jawab Setiap Pengguna Teknologi

Waktu Baca 2 Menit

Keamanan Digital Kebutuhan Mendasar di Tengah Transformasi Teknologi

Waktu Baca 2 Menit

BTN Salurkan Bantuan Rp8 Miliar untuk Korban Banjir dan Longsor di Sumatera

Waktu Baca 3 Menit

OJK Raih Predikat Badan Publik Terbaik Nasional 2025, Tegaskan Komitmen Keterbukaan Informasi

Waktu Baca 4 Menit

Lainnya Dari Telegraf

Band d’AVERY
Musik

d’AVERY Gandeng Aiu Ratna Rilis Ulang Lagu Hidup Hanya Sekali

Waktu Baca 4 Menit
Musik

Semangati Timnas Masuk Piala Dunia, Azza Koto Luncurkan Single “Mimpi yang Nyata”

Waktu Baca 2 Menit
Musik

Vokalis Whitesnake David Coverdale Umumkan Pensiun Dari Dunia Musik

Waktu Baca 2 Menit
KOPLING 2025
Musik

Kementerian UMKM Pastikan KOPLING 2025 Jadi Ajang Kolaborasi Musik dan Ekonomi Lokal

Waktu Baca 6 Menit
Musik

Sharon Osbourne Ungkap Jumlah Uang Terkumpul Dari Konser Ozzy’s Back to the Beginning

Waktu Baca 2 Menit
Konser Suarasmara
Musik

Andien dan Konser Suarasmara: Merayakan 25 Tahun dalam Simfoni Cinta dan Cahaya

Waktu Baca 8 Menit
Diton Fest 2025 festival musik Jakarta
Regional

Line-up Lengkap Diton Fest 2025, Ada NTRL dan Endank Soekamti

Waktu Baca 7 Menit
Diton Fest 2025
Entertainment

Diton Fest 2025 Hadirkan Perayaan Komunitas Urban dan Musik Lintas Generasi

Waktu Baca 4 Menit
Telegraf
  • Nasional
  • Ekonomika
  • Politika
  • Regional
  • Internasional
  • Cakrawala
  • Didaktika
  • Corporate
  • Religi
  • Properti
  • Lifestyle
  • Entertainment
  • Musik
  • Olahraga
  • Technology
  • Otomotif
  • Telemale
  • Opini
  • Telerasi
  • Philantrophy
  • Tentang Kami
  • Redaksi
  • Kontak
  • Disclaimer
  • Pedoman Media Siber

KBI Media

  • Akunku
  • Hobimu
  • Karir
  • Subscribe
  • Telegrafi
  • Teletech
  • Telefoto
  • Travelgraf
  • Musikplus

Kawat Berita Indonesia

Telegraf uses the standards of the of the Independent Press Standards Organisation (IPSO) and we subscribe to its Editors’ Code of Practice. Copyright © 2025 Telegraf. All Rights Reserved.

Selamat Datang!

Masuk ke akunmu

Lupa passwordmu?